
Markus 7:14-23
Lalu Yesus memanggil lagi orang banyak dan berkata kepada mereka: “Kamu semua, dengarlah kepada-Ku dan camkanlah. Apa pun dari luar, yang masuk ke dalam seseorang, tidak dapat menajiskannya, tetapi apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya.” [Barangsiapa bertelinga untuk mendengar hendaklah ia mendengar!]
Sesudah Ia masuk ke sebuah rumah untuk menyingkir dari orang banyak, murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya tentang arti perumpamaan itu. Maka jawab-Nya: “Apakah kamu juga tidak dapat memahaminya? Tidak tahukah kamu bahwa segala sesuatu dari luar yang masuk ke dalam seseorang tidak dapat menajiskannya, karena bukan masuk ke dalam hati tetapi ke dalam perutnya, lalu dibuang di jamban?” Dengan demikian Ia menyatakan semua makanan halal. Kata-Nya lagi: “Apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya, sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinaan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang.”
***
Akankah kebaikan lestari di dunia ini? Pertanyaan ini layak kita renungkan di tengah kengerian akibat merajalelanya kejahatan sekarang ini. Lihat, baca, dan dengar saja berita-berita yang banyak beredar di berbagai media: Bermacam-macam tindak kejahatan, ketidakadilan, dan ketidakharmonisan banyak diwartakan di sana dari hari ke hari, bahkan bisa jadi menimpa diri kita sendiri.
Namun, apa pun yang terjadi, kita tetap diminta untuk melakukan kebaikan, bahkan menjadi agen cinta kasih yang konkret. Kebaikan maupun kejahatan, semuanya berasal dari dalam diri manusia, yaitu hati. Oleh sebab itu, hati hendaknya menjadi cermin tingkah laku kita. Sebelum suatu tindakan keluar dari diri kita, hendaknya hati kita merenungkannya dengan matang terlebih dahulu.
Itulah yang diingatkan Yesus melalui bacaan Injil hari ini. Manusia bertindak berdasarkan kata hatinya. Oleh sebab itu, apa pun yang masuk dari luar tidak dapat menajiskan seseorang karena tidak masuk ke hati, tetapi ke dalam perut yang kemudian dibuang ke jamban. Perhatian kita seharusnya tidak dipusatkan pada hal-hal lahiriah, tetapi pada hal-hal batiniah yang langsung memengaruhi dan membentuk jiwa.
Apa yang keluar dari seseorang, itulah yang bisa menajiskannya, seperti pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, kesombongan, kebebalan, dan sebagainya. Yesus meminta kita memperhatikan jiwa dan gerakan hati kita dengan sebaik-baiknya, sebab ini akan berdampak pada cara hidup dan tingkah laku sehari-hari. Hati yang terpelihara dengan baik akan menghasilkan buah-buah yang baik pula bagi kehidupan bersama.