
Markus 7:31-37
Kemudian Yesus meninggalkan pula daerah Tirus dan dengan melalui Sidon pergi ke danau Galilea, di tengah-tengah daerah Dekapolis. Di situ orang membawa kepada-Nya seorang yang tuli dan yang gagap dan memohon kepada-Nya, supaya Ia meletakkan tangan-Nya atas orang itu. Dan sesudah Yesus memisahkan dia dari orang banyak, sehingga mereka sendirian, Ia memasukkan jari-Nya ke telinga orang itu, lalu Ia meludah dan meraba lidah orang itu. Kemudian sambil menengadah ke langit Yesus menarik nafas dan berkata kepadanya: “Efata!”, artinya: Terbukalah! Maka terbukalah telinga orang itu dan seketika itu terlepas pulalah pengikat lidahnya, lalu ia berkata-kata dengan baik. Yesus berpesan kepada orang-orang yang ada di situ supaya jangan menceritakannya kepada siapa pun juga. Tetapi makin dilarang-Nya mereka, makin luas mereka memberitakannya. Mereka takjub dan tercengang dan berkata: “Ia menjadikan segala-galanya baik, yang tuli dijadikan-Nya mendengar, yang bisu dijadikan-Nya berkata-kata.”
***
Tanggal 14 Februari selalu diidentikkan dengan hari kasih sayang. Hari ini, Gereja mengajak kita untuk merenungkan kasih persaudaraan yang ditunjukkan oleh St. Sirilus, seorang pertapa dan St. Metodius, seorang uskup. Kedua bersaudara Sirilus dan Metodius menawarkan diri untuk menjadi sukarelawan bagi bangsa-bangsa Slavia. Demi kasih kepada Yesus, mereka kemudian meninggalkan negeri, bahasa, dan budaya mereka sendiri. Mereka bahkan menerjemahkan Kitab Suci dan liturgi Gereja ke dalam bahasa Slavia. Berkat jasa mereka, banyak orang Slavia menerima ajaran kristiani dalam bahasa yang mereka mengerti. Misi Sirilus dan Metodius sungguh berhasil.
Kasih sayang juga ditunjukkan Yesus kepada seorang yang tuli dan gagap. Kepada orang itu, Yesus berkata, “Terbukalah!” Seketika itu juga pulihlah keadaan orang itu sepenuhnya. Ia dapat kembali mendengar dan berkata-kata dengan baik. Yesus menjadikan segala-galanya baik, segera dan seketika! Demikianlah Yesus berbuat baik dalam segalanya secara konkret. Yang Yesus lakukan itu adalah demi Kerajaan Allah. Ia membuka diri pada Bapa-Nya, maka pemulihan pun terjadi.
Sebagaimana Yesus, serta St. Sirilus dan St. Metodius, kita pun diundang untuk melakukan hal yang sama, yaitu menyebarkan cinta kasih Tuhan kepada sesama, terutama orang-orang di sekitar kita. Hendaknya kita mewujudkan hal itu dalam tindakan baik yang konkret dan dirasakan oleh banyak orang. Ketika berbuat baik, lakukanlah itu secara total dan tidak setengah-setengah. Bahasa kasih bukan bahasa basa-basi dan seremonial belaka. Bahasa kasih haruslah nyata, agar semakin banyak orang mengenal dan mencintai Tuhan.