Percaya Tanpa Menuntut Tanda

Senin, 17 Februari 2025 – Hari Biasa Pekan VI

78

Markus 8:11-13

Lalu muncullah orang-orang Farisi dan bersoal jawab dengan Yesus. Untuk mencobai Dia mereka meminta dari-Nya suatu tanda dari surga. Maka mengeluhlah Ia dalam hati-Nya dan berkata: “Mengapa angkatan ini meminta tanda? Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kepada angkatan ini sekali-kali tidak akan diberi tanda.” Ia meninggalkan mereka; Ia naik pula ke perahu dan bertolak ke seberang.

***

Orang-orang Farisi datang kepada Yesus dan meminta tanda dari surga. Mereka melakukannya bukan karena ingin percaya, melainkan untuk mencobai Yesus. Dengan tegas, Yesus menolak memberikan tanda seperti yang mereka inginkan. Ia meninggalkan mereka dan pergi menyeberang danau dengan perahu.

Tindakan Yesus ini memberikan pesan mendalam bagi kita. Yesus tidak menolak memberikan tanda-tanda bagi orang yang beriman. Dalam pelayanan-Nya, Dia menyembuhkan orang sakit, memberi makan orang banyak, bahkan membangkitkan orang mati. Yang ditolak oleh Yesus adalah hati yang keras, sikap skeptis, dan ketidakmauan untuk percaya meskipun tanda-tanda sudah jelas terlihat.

Orang-orang Farisi terus saja menuntut tanda meskipun mereka telah menyaksikan mukjizat-mukjizat Yesus sebelumnya. Ini menunjukkan kurangnya iman mereka. Mereka tidak benar-benar ingin percaya; mereka hanya mencari alasan untuk menjebak Yesus.

Kita sering kali seperti orang Farisi, meminta tanda atau jawaban dari Tuhan sesuai dengan kehendak kita. Misalnya, kita berkata dalam hati, “Kalau Tuhan benar-benar peduli, tunjukkanlah dengan memberikan apa yang aku minta.” Sikap seperti ini sesungguhnya menunjukkan iman yang dangkal. Tuhan berkarya tidak untuk memenuhi keinginan-keinginan kita, tetapi untuk membawa kita pada hubungan yang mendalam dengan-Nya.

Kita memiliki iman sejati kalau kita percaya tanpa perlu menuntut tanda. Yesus mengajarkan kita untuk memiliki iman yang rendah hati dan percaya pada rencana Allah, meskipun rencana itu tidak selalu mudah dipahami. Allah sering kali bekerja dalam keheningan dan melalui peristiwa-peristiwa sederhana dalam hidup kita. Ia memanggil kita untuk percaya dan bersandar pada-Nya meskipun kita tidak selalu memahami atau melihat apa yang sedang Ia lakukan.