Pertanyaan tentang Puasa

Jumat, 7 Maret 2025 – Hari Jumat sesudah Rabu Abu

67

Matius 9:14-15

Kemudian datanglah murid-murid Yohanes kepada Yesus dan berkata: “Mengapa kami dan orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?” Jawab Yesus kepada mereka: “Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berdukacita selama mempelai itu bersama mereka? Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa.”

***

Di tengah perjamuan di rumah Matius, pertanyaan tentang puasa tampaknya relevan. Mengapa para murid Yesus tidak berpuasa? Mereka yang bertanya adalah para murid Yohanes Pembaptis yang kiranya dengan ketat mengikuti praktik berpuasa seperti guru mereka. Disebutkan juga tentang kaum Farisi, yang biasanya berpuasa pada hari Senin dan Kamis, sebagai model kesalehan. Sebenarnya mungkin saja para murid Yesus juga berpuasa, tetapi mereka melakukannya dengan cara yang tidak kelihatan, seperti yang sudah diajarkan Yesus.

Yesus tidak secara langsung menjawab pertanyaan tersebut. Dengan sebuah pertanyaan retorik dan metafora pesta perkawinan, Yesus menegaskan bahwa Kerajaan Allah yang Ia hadirkan pertama-tama berarti sukacita. Yesus adalah mempelai pria yang tengah hadir di dunia, maka belum saatnya para sahabat sang mempelai, yakni para murid-Nya, untuk berpuasa. Murid-murid Yesus akan sedih dan mulai berpuasa sejak Ia wafat.

Dengan itu, Yesus mau menegaskan bahwa puasa tidak relevan saat Ia masih hadir secara fisik di tengah murid-murid-Nya, sebab sukacita Kerajaan Allah sedang dihadirkan dalam sabda dan karya-karya-Nya. Puasa hanya relevan bagi murid Yohanes dan kaum Farisi yang masih saja menanti-nantikan zaman keselamatan, padahal Yesus sudah hadir di tengah mereka.

Sekarang ini, Yesus tidak lagi hadir secara jasmani di tengah jemaat Kristen. Karena itu, puasa kita bagaikan periode berduka karena kepergian-Nya, sekaligus masa mempersiapkan diri agar semakin layak menyongsong kedatangan-Nya untuk bersama Dia memasuki perjamuan abadi di surga.