Allah Selalu Menepati Janji-Nya

Minggu, 16 Maret 2025 – Hari Minggu Prapaskah II

73

Kejadian 15:5-12, 17-18

Lalu TUHAN membawa Abram ke luar serta berfirman: “Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya.” Maka firman-Nya kepadanya: “Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu.” Lalu percayalah Abram kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.

Lagi firman TUHAN kepadanya: “Akulah TUHAN, yang membawa engkau keluar dari Ur-Kasdim untuk memberikan negeri ini kepadamu menjadi milikmu.” Kata Abram: “Ya Tuhan ALLAH, dari manakah aku tahu, bahwa aku akan memilikinya?” Firman TUHAN kepadanya: “Ambillah bagi-Ku seekor lembu betina berumur tiga tahun, seekor kambing betina berumur tiga tahun, seekor domba jantan berumur tiga tahun, seekor burung tekukur dan seekor anak burung merpati.” Diambilnyalah semuanya itu bagi TUHAN, dipotong dua, lalu diletakkannya bagian-bagian itu yang satu di samping yang lain, tetapi burung-burung itu tidak dipotong dua. Ketika burung-burung buas hinggap pada daging binatang-binatang itu, maka Abram mengusirnya.

Menjelang matahari terbenam, tertidurlah Abram dengan nyenyak. Lalu turunlah meliputinya gelap gulita yang mengerikan.

Ketika matahari telah terbenam, dan hari menjadi gelap, maka kelihatanlah perapian yang berasap beserta suluh yang berapi lewat di antara potongan-potongan daging itu. Pada hari itulah TUHAN mengadakan perjanjian dengan Abram serta berfirman: “Kepada keturunanmulah Kuberikan negeri ini, mulai dari sungai Mesir sampai ke sungai yang besar itu, sungai Efrat.”

***

Saudara-saudari yang terkasih, dahulu kala Allah menjanjikan keturunan sebanyak bintang di langit kepada Abram yang tidak memiliki anak. Secara manusiawi, janji Allah tersebut tampak mustahil, sebab Abram dan istrinya, Sarai, sudah lanjut usia. Namun, Abram percaya kepada Allah, dan keyakinannya itu diperhitungkan sebagai kebenaran. Dalam perjalanan waktu, Allah menepati janji-Nya. Meskipun harus menunggu bertahun-tahun, janji Allah akhirnya digenapi dalam kelahiran Ishak. Nyata pula bahwa Abram akhirnya memiliki keturunan sebanyak bintang di langit, yakni kita, umat yang beriman kepada Allah.

Janji adalah komitmen yang mengandung harapan, baik kepada sesama manusia maupun kepada Allah. Janji merupakan sesuatu yang belum terjadi dan penuh ketidakpastian, sebab mengacu pada masa depan. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sering kali gagal menepati janji, disebabkan oleh kelemahan dan keterbatasan manusiawi dalam membuat komitmen. Ketika janji diingkari, kepercayaan akan luntur, hubungan menjadi rusak, dan hati pun terluka. Kebiasaan mengingkari janji merupakan cerminan dari karakter yang kurang bertanggung jawab, tidak jujur, dan suka mementingkan diri sendiri.

Setiap hari, kita selalu menikmati janji-janji Tuhan. Tuhan berjanji untuk menyertai kita hingga akhir zaman. Penyertaan Tuhan kita alami melalui matahari yang bersinar dan memberi hidup, kesehatan, keselamatan, rezeki, dan banyak hal lain lagi. Hari ini, Tuhan mengundang kita untuk menepati janji yang pernah kita ucapkan kepada-Nya dan kepada sesama. Janji adalah utang, dan utang harus dibayar.

Meskipun janji tidak memiliki kepastian, janji mengandung pengharapan. Pada Masa Prapaskah ini, apa janji yang bisa kita ucapkan kepada Tuhan dan kepada sesama mengenai hidup kita? Apakah masih ada janji yang belum kita tepati? Apakah ada janji yang kita ingkari? Sebagaimana kita mengharapkan orang lain untuk menepati janji mereka kepada kita, tepatilah juga janji yang pernah kita ungkapkan. Semoga Tuhan membantu kita untuk membantu dalam menepati janji-janji kita sebagaimana Ia telah menepati janji-Nya.