Salib: Ketaatan kepada Kehendak Bapa dan Kasih kepada Manusia

Jumat, 18 April 2025 – Jumat Agung

142

Ibrani 4:14-16

Karena kita sekarang mempunyai Imam Besar Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah, baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita. Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa. Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya.

***

Jumat Agung adalah salah satu hari yang paling suci dalam tradisi kristiani. Hari ini, kita mendengarkan kisah dari Injil Yohanes tentang sengsara Yesus (Yoh. 18:1 – 19:42). Kisah panjang ini tidak mudah untuk didengarkan, sebab bercerita tentang ketakutan, pengkhianatan, penangkapan, interogasi, pencambukan, dan hukuman mati. Yesus dengan rela memilih untuk pergi ke Yerusalem karena tahu bahwa Ia akan mati dalam beberapa hari ke depan. Yesus rela mati di kayu salib karena ketaatan-Nya yang penuh kasih kepada kehendak Bapa.

Ketaatan itulah yang memberi-Nya kekuatan untuk tetap berada di Taman Getsemani, untuk menerima piala dari Bapa, untuk bertemu langsung dengan pengkhianat-Nya, untuk mengidentifikasikan diri-Nya kepada para musuh, untuk menolak kekerasan dari para pengikut-Nya, untuk tidak mengutuk para algojo, untuk mengampuni mereka yang melarikan diri dari-Nya, untuk tetap diam terhadap mereka yang menghakimi-Nya, untuk mengampuni sahabat-sahabat-Nya, untuk tetap setia sampai akhir, serta untuk melihat kebaikan dalam semua kejahatan dan penderitaan yang dialami-Nya.

Tidak hanya karena taat kepada kehendak Bapa, kerelaan Yesus untuk mati di kayu salib juga disebabkan oleh kasih-Nya yang tak terbatas kepada kita. Dia rela mati secara hina di kayu salib karena mengasihi kita semua. Kerelaan-Nya itu adalah ekspresi tertinggi dari kasih-Nya kepada kita. Tidak ada yang lebih berkuasa menunjukkan kasih Allah selain salib. Kasih Yesus yang luar biasa kepada kita membawa-Nya menuju salib dengan rasa sakit, penghinaan, dan keterpisahan sepenuhnya dari Allah. Yesus mengasihi kita tanpa batas dengan memberikan diri-Nya.

Kita memiliki kesempatan untuk menunjukkan kasih kita kepada Tuhan sebagai tanggapan atas kasih-Nya yang tanpa syarat kepada kita. Marilah kita menanggapi kasih-Nya dengan membuka hati kita dan berjalan bersama-Nya saat Dia memikul salib ke Kalvari, serta dengan memikul dan mengasihi salib kita masing-masing. Kita tidak perlu takut memikul salib kita sendiri walau tampaknya kita akan terbebani olehnya. Kita juga diminta untuk tidak takut meringankan salib sesama karena akan tiba saatnya kita akan menuai sesuatu yang layak dari salib. Yesus telah memberikan segalanya bagi kita. Hari ini, semoga kita dapat menyadari betapa tinggi, dalam, dan luasnya kasih Yesus kepada kita. Semoga kita juga dapat memberikan diri kita bagi orang-orang lain di sekitar kita.