Dikenal dan Mengenal Tuhan secara Personal

Selasa, 22 April 2025 – Hari Selasa dalam Oktaf Paskah

74

Yohanes 20:11-18

Tetapi Maria berdiri dekat kubur itu dan menangis. Sambil menangis ia menjenguk ke dalam kubur itu, dan tampaklah olehnya dua orang malaikat berpakaian putih, yang seorang duduk di sebelah kepala dan yang lain di sebelah kaki di tempat mayat Yesus terbaring. Kata malaikat-malaikat itu kepadanya: “Ibu, mengapa engkau menangis?” Jawab Maria kepada mereka: “Tuhanku telah diambil orang dan aku tidak tahu di mana Ia diletakkan.” Sesudah berkata demikian ia menoleh ke belakang dan melihat Yesus berdiri di situ, tetapi ia tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus. Kata Yesus kepadanya: “Ibu, mengapa engkau menangis? Siapakah yang engkau cari?” Maria menyangka orang itu adalah penunggu taman, lalu berkata kepada-Nya: “Tuan, jikalau tuan yang mengambil Dia, katakanlah kepadaku, di mana tuan meletakkan Dia, supaya aku dapat mengambil-Nya.” Kata Yesus kepadanya: “Maria!” Maria berpaling dan berkata kepada-Nya dalam bahasa Ibrani: “Rabuni!”, artinya Guru. Kata Yesus kepadanya: “Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa, tetapi pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu.” Maria Magdalena pergi dan berkata kepada murid-murid: “Aku telah melihat Tuhan!” dan juga bahwa Dia yang mengatakan hal-hal itu kepadanya.

***

Siapa orang yang pertama kali menyaksikan Yesus yang bangkit? Dia adalah Maria Magdalena. Mengapa Yesus memilih seorang perempuan, yakni Maria Magdalena, sebagai orang pertama yang menyaksikan kebangkitan-Nya, bukan Petrus atau murid yang lain? Jawabannya hanya Tuhan yang tahu. Namun, faktanya, Maria Magdalena adalah saksi pertama kebangkitan Yesus.

Maria Magdalena tidak serta-merta mengenali dan meyakini Yesus yang bangkit. Sapaan Yesus yang pertama tidak langsung membuat Maria mengenali Dia. Sapaan Yesus yang kedua juga demikian. Maria justru mengira Yesus sebagai penunggu taman. Baru kemudian pada sapaan yang ketiga, ketika Yesus menyapa Maria dengan namanya, barulah ia sadar bahwa yang dihadapinya adalah Yesus.

Saudara-saudari yang terkasih, William Shakespeare pernah mengatakan, “Apalah arti sebuah nama.” Nama sering dipandang hanya sebagai sebuah label yang tidak memiliki makna intrinsik. Namun, bacaan Injil hari ini tidak setuju dengan pendapat itu. Nama itu penuh makna, mengandung kekuatan, dan bukan sekadar label. Nama mengungkap identitas keseluruhan pribadi seseorang. Nama membuat orang merasa disapa, dikenal, dan diterima. Menyapa dengan nama juga mengantar dan mengingatkan orang pada pengalaman perjumpaan personal.

Disapa dengan namanya oleh Yesus membuat Maria merasa dikenal. Ia pun lalu mengenali siapa sosok yang memanggilnya itu. Pengenalan dan keyakinan akan Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat inilah yang pada zaman Gereja perdana dijadikan dasar pembaptisan. “Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus” (Kis. 2:38).

Sebagai orang Katolik, kita tidak hanya mempunyai nama dari pemberian orang tua kita, tetapi juga nama baptis. Semoga nama baptis ini tidak hanya sekadar nama tambahan untuk gagah-gagahan. Semoga nama ini menjadi tanda atau meterai bahwa kita dikenal dan mengenal Kristus secara personal. Dengan nama baptis, semoga kita semakin dekat dengan Kristus, seperti yang diteladankan oleh santo-santa yang menjadi nama baptis kita. Dengan nama baptis, semoga kita secara personal mudah diakses dan terkoneksi dengan Yesus.