
Yohanes 6:35-40
Kata Yesus kepada mereka: “Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi. Tetapi Aku telah berkata kepadamu: Sungguhpun kamu telah melihat Aku, kamu tidak percaya. Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang. Sebab Aku telah turun dari surga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku. Dan Inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman. Sebab inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman.”
***
Apa yang Yesus terima dari Allah yang begitu akrab disapa-Nya sebagai Abba? Dalam permenungan pribadi, saya merenungkan bahwa jawabannya adalah kemanusiaan-Nya. Allah menganugerahkan kepada sang Firman, Dia yang dari semula bersama Allah dan melalui-Nya segala sesuatu dijadikan, seluruh keberadaan sebagai manusia. Bukan hanya tubuh, melainkan juga pengalaman manusia yang utuh, yakni rasa lapar, lelah, sukacita, persahabatan, penolakan, dan penderitaan. Firman itu menjadi manusia, dan nama-Nya adalah Yesus.
Dalam tubuh manusia-Nya, Yesus menjadi Roti Hidup bagi dunia. Ia tidak hanya hadir, tetapi memberikan diri sepenuhnya. Ia menyembuhkan, mengajar, memelihara, serta memulihkan martabat yang retak bagi kaum miskin, perempuan, anak-anak, dan orang asing. Ia menjalin relasi, berdoa, dan menantang ketidakadilan. Kehadiran-Nya adalah rahmat, dan hidup-Nya adalah undangan.
Yesus menunjukkan jalan kepada kita agar, seperti yang dikatakan-Nya, “Dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman.” Kita semua adalah milik-Nya, dan janji kebangkitan itu berlaku juga bagi kita. Barangsiapa datang kepada Yesus, Ia tidak akan menolaknya.
Yesus menyatakan diri sebagai Roti Hidup yang mengenyangkan kelaparan terdalam manusia, bukan hanya perut, melainkan juga jiwa. Ia berjanji, “Barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.”
Janji tersebut bukan kata-kata kosong. Setelah kebangkitan, kuasa Kristus yang hidup nyata dalam Gereja yang baru lahir. Dalam bacaan pertama (Kis. 8:1b-8), kita melihat bahwa melalui pelayanan Filipus dan para rasul, banyak orang disembuhkan, baik tubuh maupun jiwa mereka. Orang lumpuh berjalan, orang menderita dipulihkan, dan banyak yang dengan berani memberikan nyawa mereka demi iman, seperti yang sebelumnya terjadi pada Stefanus.
Mereka hidup dalam jalan Yesus, yakni jalan kasih, kesembuhan, doa, dan pemulihan. Jalan ini menuntut keberanian dan belas kasihan. Kita pun dipanggil untuk hidup dalam jalan itu. Karena itu, saya sering bertanya kepada diri saya sendiri, terutama ketika hidup saya terasa lumpuh, “Apakah saya meminta kebebasan?” Dalam pergumulan batin, saya bertanya, “Apakah saya menemukan penghiburan?” Melalui doa, relasi, dan refleksi, saya bertanya, “Apakah saya menemukan kehadiran Kristus yang menyembuhkan?” Saya percaya bahwa Yesus selalu merindukan hubungan yang sejati dengan kita. Ia setia menyediakan kehidupan, serta keutuhan tubuh, pikiran, dan jiwa kita.
Setiap misa malam Paskah, kita merayakan Sakramen Baptis dan Penguatan, tanda bahwa kita mati dan bangkit bersama Kristus. Mereka yang dibaptis tidak hanya mengikuti ajaran Yesus, tetapi juga menjadi Injil yang hidup. Menjadi seperti Yesus berarti juga siap menanggung salib. Ia menantang sistem yang menindas, dan dipaku karena-Nya. Apakah kita cukup berani untuk bersuara demi dunia yang sakit dalam Gereja, pemerintahan, dan masyarakat?
Paskah menjadi kesempatan bagi kita untuk bersyukur atas hidup baru dalam Kristus. Kita semua membentuk Tubuh Mistik Kristus, bersatu dengan para martir, para kudus, dan mereka yang telah mendahului kita. Tubuh ini, suatu hari, akan dibangkitkan dalam kemuliaan. Persatuan rohani yang dalam dan tak terpisahkan itu adalah harapan kita karena kasih-Nya tidak pernah gagal.