
Yohanes 10:22-30
Tidak lama kemudian tibalah Hari Raya Penahbisan Bait Allah di Yerusalem; ketika itu musim dingin. Dan Yesus berjalan-jalan di Bait Allah, di serambi Salomo. Maka orang-orang Yahudi mengelilingi Dia dan berkata kepada-Nya: “Berapa lama lagi Engkau membiarkan kami hidup dalam kebimbangan? Jikalau Engkau Mesias, katakanlah terus terang kepada kami.” Yesus menjawab mereka: “Aku telah mengatakannya kepada kamu, tetapi kamu tidak percaya; pekerjaan-pekerjaan yang Kulakukan dalam nama Bapa-Ku, itulah yang memberikan kesaksian tentang Aku, tetapi kamu tidak percaya, karena kamu tidak termasuk domba-domba-Ku. Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku, dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorang pun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku. Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih besar daripada siapa pun, dan seorang pun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa. Aku dan Bapa adalah satu.”
***
Bacaan Injil hari ini menyoroti identitas Yesus sebagai Mesias, dan relasi-Nya dengan para murid. Yesus saat itu sedang berada di Bait Allah pada Hari Raya Hanukkah atau Pentahbisan Bait Allah. Hari raya yang berlangsung selama delapan hari ini memperingati penyucian kembali Bait Allah (sekitar tahun 164 SM) dari pencemaran yang dilakukan oleh bangsa Helenis.
Melihat Yesus di Bait Allah, orang Yahudi meminta supaya Dia menyatakan identitas-Nya dengan tegas, apakah Dia ini Mesias atau bukan. Permintaan ini diajukan karena mereka berpandangan bahwa Yesus belum menyatakan diri-Nya sebagai Mesias. Namun, mereka meminta hal tersebut bukan untuk mengimani Yesus sebagai Mesias, melainkan untuk menjebak dan mencari kesalahan Yesus agar dapat menghukum Dia.
Sesungguhnya, Yesus telah menyatakan identitas-Nya sebagai Mesias melalui mukjizat-mukjizat yang telah dikerjakan-Nya, namun mereka tidak percaya. Orang-orang itu tidak terbuka untuk menerima Yesus sebagai Mesias karena mereka bukan domba-domba-Nya. Hanya mereka yang mendengar suara-Nya, yang dapat percaya kepada-Nya.
Mengimani Yesus sebagai Mesias adalah anugerah dari Allah bagi orang-orang yang terbuka hatinya, yakni mereka yang mendengarkan suara-Nya. Paus Benediktus XVI dalam surat apostolik Porta Fidei mengatakan bahwa iman adalah anugerah Allah kepada manusia, bukan karena jasa manusia, melainkan karena rahmat yang berasal dari inisiatif Allah (PF 10). Mereka yang menerima karunia iman memiliki relasi pribadi dengan Yesus, dan sebaliknya, Yesus juga memiliki relasi penuh kasih dengan mereka. Bagi mereka, Yesus menganugerahkan hidup kekal dan keselamatan dalam kesatuan dengan Allah Bapa.
Kita telah menerima karunia iman dari Allah yang membuat kita mengimani Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat. Anugerah iman ini tidak saja perlu kita terima dan rayakan, tetapi juga perlu kita wujudkan melalui sikap saling menolong, memaafkan, mengasihi, dan sebagainya. Kita adalah milik Kristus yang terus-menerus mewartakan cinta-Nya kepada semua orang.