Kasih Itu Rendah Hati

Senin, 19 Mei 2025 – Hari Biasa Pekan V Paskah

28

Kisah Para Rasul 14:5-18

Maka mulailah orang-orang yang tidak mengenal Allah dan orang-orang Yahudi bersama-sama dengan pemimpin-pemimpin mereka menimbulkan suatu gerakan untuk menyiksa dan melempari kedua rasul itu dengan batu. Setelah rasul-rasul itu mengetahuinya, menyingkirlah mereka ke kota-kota di Likaonia, yaitu Listra dan Derbe dan daerah sekitarnya. Di situ mereka memberitakan Injil.

Di Listra ada seorang yang duduk saja, karena lemah kakinya dan lumpuh sejak ia dilahirkan dan belum pernah dapat berjalan. Ia duduk mendengarkan, ketika Paulus berbicara. Dan Paulus menatap dia dan melihat, bahwa ia beriman dan dapat disembuhkan. Lalu kata Paulus dengan suara nyaring: “Berdirilah tegak di atas kakimu!” Dan orang itu melonjak berdiri, lalu berjalan kian ke mari. Ketika orang banyak melihat apa yang telah diperbuat Paulus, mereka itu berseru dalam bahasa Likaonia: “Dewa-dewa telah turun ke tengah-tengah kita dalam rupa manusia.” Barnabas mereka sebut Zeus dan Paulus mereka sebut Hermes, karena ia yang berbicara. Maka datanglah imam dewa Zeus, yang kuilnya terletak di luar kota, membawa lembu-lembu jantan dan karangan-karangan bunga ke pintu gerbang kota untuk mempersembahkan kurban bersama-sama dengan orang banyak kepada rasul-rasul itu. Mendengar itu Barnabas dan Paulus mengoyakkan pakaian mereka, lalu terjun ke tengah-tengah orang banyak itu sambil berseru: “Hai kamu sekalian, mengapa kamu berbuat demikian? Kami ini adalah manusia biasa sama seperti kamu. Kami ada di sini untuk memberitakan Injil kepada kamu, supaya kamu meninggalkan perbuatan sia-sia ini dan berbalik kepada Allah yang hidup, yang telah menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya. Dalam zaman yang lampau Allah membiarkan semua bangsa menuruti jalannya masing-masing, namun Ia bukan tidak menyatakan diri-Nya dengan berbagai-bagai kebajikan, yaitu dengan menurunkan hujan dari langit dan dengan memberikan musim-musim subur bagi kamu. Ia memuaskan hatimu dengan makanan dan kegembiraan.” Walaupun rasul-rasul itu berkata demikian, namun hampir-hampir tidak dapat mereka mencegah orang banyak mempersembahkan kurban kepada mereka.

***

Dalam bacaan pertama hari ini, kita menyimak kisah tentang Paulus yang menyembuhkan seorang yang lumpuh sejak lahir. Karena tindakan itu, orang memandang Paulus dan Barnabas sebagai dewa. Barnabas mereka sebut Zeus, sedangkan Paulus disebut Hermes. Akan tetapi, mereka berdua tidak gila hormat. Paulus dan Barnabas mengoyakkan pakaian dan berkata, “Kami ini adalah manusia biasa sama seperti kamu. Kami ada di sini untuk memberitakan Injil kepada kamu.” Ini adalah sikap yang luar biasa. Mereka berdua mewujudkan kerendahan hati secara nyata. Sikap ini penting agar fokus hidup mereka untuk mewartakan Injil tidak tergeser oleh semangat untuk memegahkan diri sendiri.

Secara khusus, kerendahan hati Barnabas perlu digarisbawahi. Kita tahu bahwa Paulus bisa menjadi tokoh terkemuka karena peran besar Barnabas. Dalam perjalanan waktu, Paulus ternyata lebih terkenal darinya karena memiliki karisma berkhotbah, dan bahkan mampu membuat mukjizat. Perhatikan penyebutan nama mereka dalam Kisah Para Rasul. Mula-mula  nama Barnabas disebutkan terlebih dahulu, baru kemudian Paulus, namun kemudian lantas menjadi Paulus dan Barnabas. Meskipun demikian, Barnabas tidak pernah merasa tersaingi oleh Paulus. Ia begitu rendah hati untuk membiarkan Paulus terus bertumbuh.

Sikap rendah hati yang ditunjukkan Barnabas merupakan praktik laku kasih. Orang yang mengasihi tidak hanya menahan diri untuk berbicara banyak mengenai dirinya sendiri, tetapi juga berfokus pada orang lain. Dia tidak butuh menjadi pusat perhatian. Kasih membuat orang tidak besar kepala di hadapan orang lain. Kasih tidak menuntut dan tidak menguasai orang lain.

Paus Fransiskus dalam Seruan Apostolik Amoris Laetitia (2016) mengatakan bahwa dalam hidup keluarga tidak berlaku logika saling menguasai dan saling berlomba untuk melihat siapa yang paling pintar atau paling berkuasa, sebab logika semacam itu meniadakan kasih. Bagi keluarga berlaku nasihat, “Kamu semua, rendahkanlah dirimu seorang terhadap yang lain.”

Fokus pelayanan dalam reksa pastoral adalah kemuliaan Tuhan, seperti dikatakan oleh pemazmur, “Bukan kepada kami, ya TUHAN, bukan kepada kami, tetapi kepada nama-Mulah hendaknya diberikan kemuliaan, karena kasih-Mu, karena kesetiaan-Mu!” (Mzm. 115:1).