
Yohanes 15:26 – 16:4a
“Jikalau Penghibur yang akan Kuutus dari Bapa datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan bersaksi tentang Aku. Tetapi kamu juga harus bersaksi, karena kamu dari semula bersama-sama dengan Aku.”
“Semuanya ini Kukatakan kepadamu, supaya kamu jangan kecewa dan menolak Aku. Kamu akan dikucilkan, bahkan akan datang saatnya bahwa setiap orang yang membunuh kamu akan menyangka bahwa ia berbuat bakti bagi Allah. Mereka akan berbuat demikian, karena mereka tidak mengenal baik Bapa maupun Aku. Tetapi semuanya ini Kukatakan kepadamu, supaya apabila datang saatnya kamu ingat, bahwa Aku telah mengatakannya kepadamu.”
***
Sebelum pergi meninggalkan para murid, Yesus memberi tahu mereka tentang kedatangan Penghibur yang diutus-Nya dari Bapa. Penghibur itu adalah Roh Kebenaran atau Roh Kudus yang datang tidak hanya untuk mengobati dukacita para murid, tetapi juga terutama untuk meneguhkan mereka kembali. Ini menunjukkan bahwa misi Yesus tidak berakhir dengan kematian-Nya. Berulang kali Yesus mengingatkan para murid bahwa mereka harus bersaksi seperti halnya yang dahulu dilakukan-Nya sendiri.
Yesus berharap para murid mengikuti-Nya untuk belajar secara langsung dari-Nya, dan bukan untuk tergantung pada-Nya. Sering kali relasi yang sangat dekat secara fisik dan emosional bisa menimbulkan ketergantungan. Ini jelas bukan sesuatu yang baik, sebab bisa membuat seseorang limbung dan tak berdaya ketika ditinggalkan.
Yesus ingin para murid-Nya bisa memaknai kebersamaan mereka secara benar dan mampu melihat tujuan kebersamaan itu. “Kamu juga harus bersaksi karena kamu dari semula bersama-sama dengan Aku.” Kebersamaan itu tidak dimaksudkan membuat mereka tergantung, tetapi sebaliknya merupakan suatu usaha penggemblengan. Para murid diajak untuk “mengimitasi” sang Guru, agar nantinya bisa bersaksi meskipun tanpa kehadiran Yesus.
Hal ini juga perlu kita tanyakan kepada diri kita sendiri yang telah dibaptis menjadi murid-murid Yesus. Apakah kita sudah bersaksi tentang Yesus? Ataukah kita merasa bahwa tugas bersaksi hanya milik segelintir orang atau kelompok tertentu saja, sedangkan kita cukup hidup dengan baik dan menjalankan ibadah secara rutin?
Mungkin ada yang berpendapat bahwa untuk bisa bersaksi tentang Yesus dibutuhkan kompetensi khusus. Mungkin juga ada yang merasa cemas membayangkan risiko bersaksi, yakni dicela, ditolak, bahkan dipersekusi, sehingga berpendapat bahwa bersaksi adalah tugas pastor dan para katekis Gereja saja. Semua alasan itu sebenarnya merupakan upaya mencuci tangan dan mencari aman saja. Kita tidak boleh lupa bahwa tugas utama seorang pengikut Kristus adalah bersaksi!
Untuk menjadi saksi Kristus, tentu kita harus mengenal baik siapa Dia, pribadi yang menjadi pusat dari kesaksian kita. Namun, itu tidak berarti kita harus lulus sekolah teologi atau kursus Kitab Suci atau menjadi pastor terlebih dahulu. Banyak cara untuk mengenal Yesus, termasuk yang paling sederhana sekalipun, misalnya dengan membaca Kitab Suci secara sungguh-sungguh. Bacalah Kitab Suci dengan penuh iman, yakni dengan mengundang Roh Tuhan untuk menuntun kita dalam memahami makna setiap kata yang dibaca. Dengan itu, kita pun akan dimampukan oleh-Nya, tidak peduli siapa pun kita dan di mana pun kita berada, untuk menjalankan amanat dan perintah Yesus, “Kamu juga harus bersaksi.”