
Matius 6:19-23
“Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di surga; di surga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya. Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.
Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu; jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu.”
***
Lagi-lagi, dalam khotbah di bukit, Yesus menyampaikan sesuatu yang mengejutkan, suatu ajaran yang melawan arus, ajaran yang kiranya akan membuat orang-orang yang merasa mapan hidupnya menjadi tidak nyaman. Yesus mengajarkan kepada orang-orang yang mendengarkan-Nya untuk tidak mengumpulkan harta di bumi. Disampaikan-Nya bahwa harta di bumi itu tidak abadi, bisa dirusak oleh ngengat dan karat, bisa juga hilang karena dicuri maling. Karena kondisinya demikian, menjadi jelas bahwa harta duniawi itu sifatnya sementara dan tidak bisa sepenuhnya diandalkan.
Yang dianjurkan oleh Yesus untuk dikumpulkan adalah harta di surga. Berbeda dengan harta duniawi, harta surgawi itu abadi dan bisa diandalkan. Harta surgawi merupakan pegangan bagi setiap orang beriman dalam hidup mereka di dunia, sekaligus bekal bagi mereka dalam kehidupan abadi kelak. Bagaimana kita dapat mengumpulkan harta surgawi? Mengacu pada ajaran Yesus tentang hukum yang paling utama, caranya adalah dengan mengasihi Allah dengan sungguh-sungguh dan mengasihi sesama dengan sungguh-sungguh pula. Dengan bersikap demikian, semoga Allah memandang kita layak menikmati keselamatan kekal dari-Nya.
Apakah dengan ajaran ini, Yesus melarang kita untuk memiliki harta? Apakah para pengikut Yesus dilarang menjadi orang kaya, sehingga konsekuensinya semua orang kaya tidak layak menjadi murid-murid-Nya? Tentu tidak begitu.
Kuncinya adalah pernyataan: “Di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.” Kita diajak mengumpulkan harta di surga, dan itu menunjukkan bahwa hati kita berada di sana. Pusatkanlah perhatian kita pada harta surgawi, bukan pada harta duniawi. Ubahlah harta duniawi yang kita miliki menjadi harta surgawi, yakni dengan tidak rakus menimbunnya untuk kepentingan sendiri, dengan tidak menghalalkan segala cara demi mendapatkannya, dan dengan menggunakannya untuk kebaikan dan kesejahteraan bersama.