
Matius 7:1-5
“Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu. Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu. Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.”
***
Dalam kehidupan kita zaman sekarang, model-model penghakiman telah mengalami perkembangan. Menghakimi tidak saja urusan hukum, tetapi juga bisa dilakukan dalam relasi sosial. Banyak orang asyik membicarakan kejelekan sesama, yang biasa disebut ngerumpi atau bergosip. Aspek penghakiman yang dihasilkannya bisa berdampak lebih kejam. Melalui gosip, orang bisa mempunyai pandangan negatif terhadap orang lain. Relasi lalu berubah, misalnya dengan bersikap menjauh dan curiga, padahal apa yang digosipkan belum tentu mengandung kebenaran.
Melalui sosial media, penghakiman juga bisa terjadi. Orang dihujani oleh beragam komentar di akun sosial medianya tanpa diberi kesempatan memberikan penjelasan. Hal ini akan membuat orang tersebut mengalami penurunan mental dan kepercayaan diri. Demikianlah, penghakiman bukan lagi soal hukum semata. Kita bisa saja menjadi oknum yang melakukan penghakiman melalui relasi sosial dan akun sosial media yang kita miliki.
Penghakiman itu dibuat tanpa dasar cinta kasih, dan hanya bertujuan melampiaskan bentuk-bentuk emosi pribadi serta ego yang tidak terkendali. Alhasil, mereka yang bersalah tidak akan mengalami perubahan hidup ke arah yang lebih baik, tetapi justru diliputi suasana murung, patah semangat, dan terkurung.
Bacaan Injil hari ini mengajak kita untuk tidak pernah menghakimi. Ini bukan berarti kita diajak untuk menutup mata terhadap kejahatan. Kita hanya diminta oleh Yesus untuk mendasarkan pandangan dan pendapat kita pada cinta kasih. Tindakan apa pun akan mendatangkan perubahan yang baik jika didasari oleh cinta kasih.
Karena itu, kita harus menghindarkan diri dari kebiasaan ngerumpi, bergosip, ataupun berkomentar negatif di sosial media. Berilah nasihat kepada sesama dengan penuh cinta kasih, misalnya dengan mengajak orang yang bersangkutan untuk berdialog dari hati ke hati, menegur dengan sopan sehingga tidak melukai, serta membawa ke dalam doa setiap pribadi yang bersalah agar Tuhan membuka hatinya menuju pertobatan. Mari kita ubah cara menghakimi duniawi menjadi cara mengasihi sesama, agar perubahan hidup ke arah yang baik dialami oleh mereka yang sedang berada dalam kegelapan.