Pilar Ganda Iman Kristiani

Minggu, 29 Juni 2025 – Hari Raya Santo Petrus dan Paulus

44

Matius 16:13-19

Setelah Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: “Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?” Jawab mereka: “Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi.” Lalu Yesus bertanya kepada mereka: “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?” Maka jawab Simon Petrus: “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!” Kata Yesus kepadanya: “Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di surga. Dan Aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Surga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di surga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di surga.”

***

Perikop tentang pengakuan Petrus versi Injil Matius mempunyai dua makna, yakni mengungkap identitas Yesus dan menunjukkan peran penting Petrus dalam jemaat. Peran penting Petrus dalam kelompok para rasul dan jemaat Kristen perdana tak terbantahkan. Mana ada orang berbicara tentang kedua belas rasul tanpa menyebut namanya? Yesus kiranya memang berharap banyak kepada Petrus, dan lebih berhasil dengan dia dibandingkan dengan murid-murid yang lain. Petrus juga dilihat sebagai juru bicara, sekaligus barometer kelompok dua belas murid.

Namun, harus diakui bahwa Petrus tidak selalu bersikap setegar batu karang. Dia ini manusia biasa yang juga punya kelemahan, bahkan sampai menyangkal Gurunya sendiri. Syukurlah, ia segera menyesal dan kembali mengingat tugas serta panggilannya sebagai rasul Kristus.

Hari ini kita menyandingkan Petrus dengan Paulus. Bagaimana dengan sosok Rasul Paulus sendiri? Paulus bukan rasul pertama. Ia melanjutkan apa yang sudah dimulai rasul-rasul lain. Termasuk dalam hal itu adalah tentang pewartaan Injil kepada bangsa-bangsa asing yang sudah dimulai oleh Petrus sendiri. Paulus meneruskan langkah itu secara intensif, sehingga kemudian diakui bahwa dialah yang membuat misi kepada orang bukan Yahudi melaju kencang, sekaligus mendefinisikan seperti apa seharusnya misi itu dilakukan. 

Tidak disangkal, kadang terjadi konflik antara Paulus dan para rasul. Sebagai mantan penganiaya, Paulus mengalami kesulitan diterima oleh rasul-rasul lain. Namun, tidak berarti bahwa di antara Petrus dan Paulus terjadi kompetisi dalam mewartakan Injil. Paulus memahami posisi Petrus sebagai rasul yang terkemuka, dan ia sendiri menghormati itu.

Karenanya, tidak ada soal menang dan kalah dalam hal ini. Petrus dan Paulus sama-sama merupakan rasul Yesus yang utama. Dengan berjerih payah, Injil mereka wartakan kepada para bangsa, sampai akhirnya karena itu, mereka harus menyerahkan nyawa sebagai martir. Petrus dan Paulus adalah pilar ganda iman kristiani, sehingga pantaslah jika mereka berdua kita sandingkan dan kita rayakan secara khusus hari ini.