Risiko Menjadi Murid Yesus

Senin, 30 Juni 2025 – Hari Biasa Pekan XIII

35

Matius 8:18-22

Ketika Yesus melihat orang banyak mengelilingi-Nya, Ia menyuruh bertolak ke seberang. Lalu datanglah seorang ahli Taurat dan berkata kepada-Nya: “Guru, aku akan mengikut Engkau, ke mana saja Engkau pergi.” Yesus berkata kepadanya: “Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya.” Seorang lain, yaitu salah seorang murid-Nya, berkata kepada-Nya: “Tuhan, izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan ayahku.” Tetapi Yesus berkata kepadanya: “Ikutlah Aku dan biarlah orang-orang mati menguburkan orang-orang mati mereka.”

***

Sejumlah mukjizat telah dilakukan Yesus. Banyak orang kagum melihatnya, mereka pun lalu mengikuti perjalanan Yesus dan berkerumun di sekeliling-Nya. Beberapa di antara mereka dengan penuh semangat menyatakan minat untuk menjadi pengikut-Nya. Anehnya, Yesus tampak kurang antusias menyambut mereka. Tanggapan-Nya terhadap orang-orang itu kelihatannya dingin-dingin saja.

Mari kita mengarahkan perhatian pada orang yang pertama. Mendobrak kebiasaan, orang yang ternyata adalah ahli Taurat ini berinisiatif mendaftarkan diri menjadi murid Yesus tanpa syarat apa pun. Ia siap mengikuti Yesus ke mana pun Dia pergi.

Kepadanya, Yesus langsung menghadapkan sebuah realitas: “Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya.” Baik bahwa dia telah mendatangi Yesus dengan penuh semangat. Namun sayang, semangat semacam ini sering hanya membara pada permulaan dan cepat pudar begitu menghadapi tantangan. Karena itu, Yesus mengingatkan bahwa menjadi murid-Nya berarti harus siap menghadapi tantangan yang besar, misalnya harus berpindah dari satu tempat ke tempat lain karena ditolak di sana-sini.

Sikap keras Yesus bermaksud menantang siapa saja yang berminat mengikuti Dia agar teguh dalam pendirian dan mengutamakan Kerajaan Allah di atas segalanya. Yesus membutuhkan murid-murid yang rela mengesampingkan kepentingan-kepentingan pribadi, termasuk kenyamanan hidup. Dengan demikian, mengikuti Dia berarti bukan perkara mudah. Kita tidak akan hidup dalam kenyamanan, justru akan penuh tantangan karenanya. Bagaimana? Masih maukah kita menjadi murid-Nya?