Tanah yang Subur

Rabu, 23 Juli 2025 – Hari Biasa Pekan XVI

22

Matius 13:1-9

Pada hari itu keluarlah Yesus dari rumah itu dan duduk di tepi danau. Maka datanglah orang banyak berbondong-bondong lalu mengerumuni Dia, sehingga Ia naik ke perahu dan duduk di situ, sedangkan orang banyak semuanya berdiri di pantai. Dan Ia mengucapkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. Kata-Nya: “Adalah seorang penabur keluar untuk menabur. Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis. Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itu pun segera tumbuh, karena tanahnya tipis. Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar. Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati. Dan sebagian jatuh di tanah yang baik lalu berbuah: ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!”

***

Hari ini, Yesus mengajar orang banyak dengan menggunakan perumpamaan, yakni tentang penabur. Mengapa harus menggunakan perumpamaan?

Perumpamaan umumnya berupa sebuah cerita, dan cerita tentu saja menarik perhatian, mudah didengarkan, dan mudah diingat. Dalam perumpamaan tentang penabur, Yesus menjelaskan bahwa benih yang ditaburkan jatuh di pinggir jalan, tanah berbatu, semak belukar, dan tanah yang subur. Ini adalah gambaran yang sangat jelas, yang akan langsung membawa orang pada kesimpulan. Semua orang tahu bahwa tempat ideal untuk menabur benih adalah tanah yang subur. Semua orang tahu juga bahwa benih yang jatuh di pinggir jalan, tanah berbatu, dan di antara semak duri hanya memiliki sedikit harapan untuk bertumbuh dan menghasilkan buah.

Oleh sebab itu, dengan menggunakan perumpamaan, diharapkan orang paham akan apa yang mau diajarkan. Yesus ingin agar orang banyak mengerti akan misteri Kerajaan Surga. Dia mengajak mereka semua untuk menjadi tanah yang subur agar pewartaan Injil berbuah lebat dalam hidup mereka.

Di sisi lain, perumpamaan bermaksud juga mengajak para pendengar sekalian untuk berpikir. Mereka harus punya rasa ingin tahu akan karunia ilahi. Perihal perumpamaan yang sedang dibicarakan, keingintahuan ini akan menghasilkan tanah yang subur, yang dibutuhkan di dalam diri setiap orang untuk membuka pintu misteri Kerajaan Surga.

Jika kita ingin mendengarkan suara Tuhan, jangan ragu untuk meluangkan waktu menggumuli perumpamaan-perumpamaan yang Yesus ceritakan. Tempatkanlah diri kita dalam kisah-kisah itu. Misalnya, dalam perumpamaan hari ini, lihatlah diri kita: Tanah seperti apakah kita ini bagi benih yang adalah firman Tuhan? Semoga kita semua adalah tanah yang subur bagi-Nya. Izinkanlah kisah ini berbicara kepada kita. Perhatikanlah suara Tuhan, dengarkanlah Dia. Semoga benih yang telah ditaburkan-Nya mencapai tanah yang subur di dalam hati kita.