
Yohanes 11:19-27
Di situ banyak orang Yahudi telah datang kepada Marta dan Maria untuk menghibur mereka berhubung dengan kematian saudaranya. Ketika Marta mendengar, bahwa Yesus datang, ia pergi mendapatkan-Nya. Tetapi Maria tinggal di rumah. Maka kata Marta kepada Yesus: “Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati. Tetapi sekarang pun aku tahu, bahwa Allah akan memberikan kepada-Mu segala sesuatu yang Engkau minta kepada-Nya.” Kata Yesus kepada Marta: “Saudaramu akan bangkit.” Kata Marta kepada-Nya: “Aku tahu bahwa ia akan bangkit pada waktu orang-orang bangkit pada akhir zaman.” Jawab Yesus: “Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?” Jawab Marta: “Ya, Tuhan, aku percaya, bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah, Dia yang akan datang ke dalam dunia.”
***
Bacaan Injil hari ini membawa kita ke dalam sebuah kisah yang penuh emosi, yakni tentang kematian Lazarus, serta kehadiran Yesus di tengah dukacita yang melanda Marta dan Maria. Rumah yang dahulu penuh kasih, kini diselimuti duka. Namun, kehadiran Yesus di tengah kedukaan itu menjadi titik balik yang sangat penting, tidak hanya secara fisik, tetapi terutama secara rohani.
Marta menyambut kedatangan Yesus dengan kalimat yang jujur, “Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati.” Di balik kalimat ini, kita bisa menangkap dua hal: Rasa kecewa karena Yesus tidak datang lebih awal, tetapi juga iman yang besar bahwa Yesus dapat melakukan sesuatu, bahkan terhadap kematian.
Yesus tidak langsung memberi jawaban yang panjang atau pembelaan diri. Ia mengarahkan Marta pada kebenaran yang lebih dalam: “Akulah kebangkitan dan hidup. Barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati.” Inilah inti pewartaan Yesus. Iman bukan hanya tentang percaya kepada kuasa-Nya, melainkan terutama tentang percaya kepada pribadi-Nya. Yesus tidak hanya membangkitkan orang mati; Dia sendiri adalah kebangkitan dan hidup. Ini bukan sekadar janji di masa depan, melainkan kenyataan yang bisa dialami saat itu juga ketika seseorang membuka hatinya kepada Yesus.
Yesus kemudian bertanya, “Percayakah engkau akan hal ini?” Pertanyaan ini tidak hanya ditujukan kepada Marta, tetapi juga kepada kita semua hari ini. Ketika kita berhadapan dengan kehilangan, kesedihan, kegagalan, atau bahkan kematian, Yesus bertanya kepada kita, “Apakah engkau masih percaya kepada-Ku?”
Iman sejati diuji bukan saat semua berjalan lancar, melainkan saat semuanya tampak gelap. Marta memberi jawaban yang luar biasa, “Ya, Tuhan, aku percaya, bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah, Dia yang akan datang ke dalam dunia.” Jawaban ini adalah pernyataan iman yang kokoh. Di tengah dukanya, Marta memilih untuk tetap percaya. Ia tidak tahu apakah Lazarus akan dibangkitkan, tetapi ia tahu siapa yang berdiri di hadapannya, yaitu Yesus, Tuhan dan Mesias.