Menghadirkan Tuhan di Mana Saja

Minggu, 10 Agustus 2025 – Hari Raya Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga

27

Lukas 1:39-56

Beberapa waktu kemudian berangkatlah Maria dan langsung berjalan ke pegunungan menuju sebuah kota di Yehuda. Di situ ia masuk ke rumah Zakharia dan memberi salam kepada Elisabet. Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabet pun penuh dengan Roh Kudus, lalu berseru dengan suara nyaring: “Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan. Dan berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana.”

Lalu kata Maria: “Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku, sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia, karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan nama-Nya adalah kudus. Dan rahmat-Nya turun-temurun atas orang yang takut akan Dia. Ia memperlihatkan kuasa-Nya dengan perbuatan tangan-Nya dan mencerai-beraikan orang-orang yang congkak hatinya; Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah; Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar, dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa; Ia menolong Israel, hamba-Nya, karena Ia mengingat rahmat-Nya, seperti yang dijanjikan-Nya kepada nenek moyang kita, kepada Abraham dan keturunannya untuk selama-lamanya.”

Dan Maria tinggal kira-kira tiga bulan lamanya bersama dengan Elisabet, lalu pulang kembali ke rumahnya.

***

Dua calon ibu bertemu. Mereka menjadi ibu secara misterius. Maria masih perawan tetapi berstatus ibu, sedangkan Elisabet menjadi ibu padahal ia mandul dan suaminya pun sudah uzur. Pengalaman itu terlalu dalam untuk diterima akal dan rasa. Keduanya butuh waktu untuk dapat menerimanya. Elisabet menyimpan rahasia ini selama 5 bulan, sedangkan Maria terus menyimpan semuanya itu dalam hatinya dan merenungkannya.

Maria bergegas pergi mengunjungi Elisabet. Ia peka pada kondisi Elisabet. Mereka juga ingin berbagi pengalaman tentang rahmat Allah yang maha dalam dan tak terselami. Mereka ingin saling meneguhkan, saling memberi pencerahan, saling berbagi keheranan, kecemasan, lagu, dan syukur. Roh yang menyuburkan mereka sekarang menjadi Roh yang memungkinkan komunikasi dan berbagi. Keduanya saling mengakui dan melihat karya Allah dalam diri mereka. Perjumpaan itu berguna untuk mengatasi keraguan, kecemasan, dan rasa tak berdaya. Perjumpaan, obrolan, dan kunjungan janganlah menjadi sekadar pengisi waktu luang, ruang gosip, atau komunikasi dangkal dan basa-basi.

Maria pergi ke rumah Elisabet, sekitar 5 km dari Yerusalem. Ia bagaikan Tabut Perjanjian karena membawa Tuhan dalam rahimnya. Dalam diri Maria hadirlah Allah yang mau tinggal di antara manusia dan menjadi manusia.  Ini juga menjadi perjalanan pertama Yesus. Begitu mendengar salam sang bunda, bayi Elisabet pun melonjak kegirangan. Bukan main! Bahkan sebelum lahir, sang Bayi sudah menjadi sumber sukacita. Ke mana pun Yesus pergi, di mana pun Yesus datang, di sana akan ada sukacita, di situ ketakutan diatasi, dan manusia mengalami belas kasihan dan kesetiaan Allah.

Alih-alih ke Bait Allah, Maria membawa Yesus ke dalam sebuah rumah yang biasa. Pesan sang bunda kiranya jelas: Kita semua dapat menghadirkan Tuhan di mana saja, di rumah, di kantor, serta di mana pun kita ada dan bekerja. Di mana saja ada kehidupan yang disyukuri, di mana saja pengalaman dan sejarah dilihat dengan mata iman, di mana saja ada orang-orang yang saling meneguhkan dan berbagi dalam iman, yang membantu sesama menemukan jalan Tuhan dalam hidup dan peristiwa-peristiwa harian, di sanalah kehadiran Tuhan menjadi nyata.