Hajaran yang Menyelamatkan

Minggu, 24 Agustus 2025 – Hari Minggu Biasa XXI

31

Ibrani 12:5-7,11-13

Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: “Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya; karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak.” Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya?

Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya.

Sebab itu kuatkanlah tangan yang lemah dan lutut yang goyah; dan luruskanlah jalan bagi kakimu, sehingga yang pincang jangan terpelecok, tetapi menjadi sembuh.

***

“Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak.”

Ketiga bacaan yang ditawarkan oleh Gereja pada hari ini memiliki benang merah tentang Allah yang memanggil semua orang tanpa terkecuali untuk masuk ke dalam Kerajaan-Nya (bacaan I, Yes. 66:18-21). Perjalanan memasuki Kerajaan Allah selalu melalui proses hajaran dan kesabaran (bacaan II, Ibr. 12:5-7,11-13), yang menuntut kesetiaan dan perjuangan yang sungguh-sungguh. Jangan lekas puas hanya dengan penampilan luar atau status lahiriah (bacaan Injil, Luk. 13:22-30).

Hajaran perlu dimengerti sebagai tindakan mendidik atau melatih dengan tegas yang dilakukan melalui teguran atau hukuman demi kebaikan dan untuk memperbaiki perilaku. Dalam konteks bacaan hari ini, terutama dalam bacaan kedua, hajaran berarti pendidikan rohani dari Tuhan yang bisa berupa teguran, pembentukan karakter, atau ujian hidup. Tujuannya bukan untuk menyakiti, melainkan untuk menyelamatkan dan menguduskan kita, seperti seorang ayah yang mendisiplinkan anaknya supaya tumbuh menjadi orang benar.

Terkait dengan itu, saya teringat akan kisah masa kecil. Saat itu saya sudah kelas IV SD, namun tidak bisa membaca catatan pelajaran karena tulisan saya terlalu buruk. Saya dihukum untuk berdiri dengan satu kaki sambil memegang telinga. Hukuman yang sama saya terima sampai beberapa kali, juga karena saya tidak mampu berhitung dengan baik. Karena takut akan hukuman, saya belajar menulis dan berhitung dengan sungguh-sungguh, sehingga di kemudian hari tulisan dan kemampuan berhitung saya menjadi sangat baik.

Saudara-saudari yang terkasih, hajaran adalah kompas yang walau kadang terasa keras, sesungguhnya menuntun kita agar tidak tersesat. Sama seperti pengalaman masa kecil yang pahit namun membuahkan ketekunan, demikian pula Tuhan mendidik kita agar kelak kita mampu memasuki pintu yang sesak menuju Kerajaan-Nya. Karena itu, jangan takut akan hajaran, sebab di balik tegasnya hajaran ada kasih, dan di balik sakitnya pengalaman pahit ada keselamatan. Dasarilah suatu hajaran dengan kasih dan bukan amarah, demi membentuk karakter dan bukan melampiaskan emosi. Sertailah hajaran dengan teladan hidup, sebab hajaran tanpa contoh nyata pasti akan kehilangan wibawanya.