
1 Tesalonika 2:9-13
Sebab kamu masih ingat, saudara-saudara, akan usaha dan jerih lelah kami. Sementara kami bekerja siang malam, supaya jangan menjadi beban bagi siapa pun juga di antara kamu, kami memberitakan Injil Allah kepada kamu. Kamu adalah saksi, demikian juga Allah, betapa saleh, adil dan tak bercacatnya kami berlaku di antara kamu, yang percaya. Kamu tahu, betapa kami, seperti bapa terhadap anak-anaknya, telah menasihati kamu dan menguatkan hatimu seorang demi seorang, dan meminta dengan sangat, supaya kamu hidup sesuai dengan kehendak Allah, yang memanggil kamu ke dalam Kerajaan dan kemuliaan-Nya.
Dan karena itulah kami tidak putus-putusnya mengucap syukur juga kepada Allah, sebab kamu telah menerima firman Allah yang kami beritakan itu, bukan sebagai perkataan manusia, tetapi — dan memang sungguh-sungguh demikian — sebagai firman Allah, yang bekerja juga di dalam kamu yang percaya.
***
“Sebab kamu masih ingat, saudara-saudara, akan usaha dan jerih lelah kami. Sementara kami bekerja siang malam, supaya jangan menjadi beban bagi siapa pun juga di antara kamu, kami memberitakan Injil Allah kepada kamu.”
Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, hari ini Gereja memperingati Santa Monika, ibu dari Santo Agustinus. Santa Monika terkenal sebagai seorang istri dan seorang ibu yang hidup dalam diam, serta dalam doa, air mata, dan pengorbanan. Ia mengalami penderitaan batin yang cukup lama karena suaminya yang temperamental dan anaknya yang masih hidup dalam dosa. Meski begitu, ia tidak pernah menjadi beban bagi orang lain. Ia berusaha tetap tegar dalam menghadapi penderitaan, sampai akhirnya anaknya bertobat dan menjadi seorang kudus dalam Gereja.
Teladan hidup Santa Monika sejalan dengan hidup Rasul Paulus saat mewartakan Injil kepada umat di Tesalonika. Sebagai seorang pewarta, Paulus tidak pernah menyusahkan jemaat yang dilayaninya.
Mari kita belajar untuk menjadi pribadi yang lebih suka berjerih payah daripada menjadi beban bagi orang lain. Pada masa sekarang, kemajuan menawarkan banyak kemudahan, sehingga mempercepat penyelesaian masalah yang dihadapi. Hidup kita menjadi lebih nyaman karenanya. Namun, kenyamanan mudah membuat kita terlena. Bila mengalami kesulitan, kita cenderung menyerah dan membiarkan orang lain menanggung beban yang seharusnya kita hadapi sendiri. Kemudahan-kemudahan yang ada melemahkan kecerdasan untuk bertahan yang diperoleh melalui kesukaran dan tantangan.
Melalui teladan hidup Santa Monika dan nasihat Rasul Paulus, kita diajak untuk berani tegak berdiri. Hidup bukanlah tempat bersembunyi di balik pundak orang lain, melainkan medan di mana kita dipanggil untuk berdiri tegak. Manusia memang saling membutuhkan, tetapi itu bukan alasan untuk bergantung pada orang lain. Derita dan tantangan bukan hukuman, melainkan undangan agar jiwa kita ditempa. Keberanian berjuang justru menjaga martabat kita, dan membuat bantuan orang lain menjadi rahmat. Jangan takut pada kesulitan; takutlah bila kita berhenti berjuang. Semoga Tuhan memberkati perjuangan kita.