Keluar Juga Setan-setan sambil Berteriak

Rabu, 3 September 2025 – Peringatan Wajib Santo Gregorius Agung

17

Lukas 4:38-44

Kemudian Ia meninggalkan rumah ibadat itu dan pergi ke rumah Simon. Adapun ibu mertua Simon demam keras dan mereka meminta kepada Yesus supaya menolong dia. Maka Ia berdiri di sisi perempuan itu, lalu menghardik demam itu, dan penyakit itu pun meninggalkan dia. Perempuan itu segera bangun dan melayani mereka.

Ketika matahari terbenam, semua orang membawa kepada-Nya orang-orang sakitnya, yang menderita bermacam-macam penyakit. Ia pun meletakkan tangan-Nya atas mereka masing-masing dan menyembuhkan mereka. Dari banyak orang keluar juga setan-setan sambil berteriak: “Engkau adalah Anak Allah.” Lalu Ia dengan keras melarang mereka dan tidak memperbolehkan mereka berbicara, karena mereka tahu bahwa Ia adalah Mesias.

Ketika hari siang, Yesus berangkat dan pergi ke suatu tempat yang sunyi. Tetapi orang banyak mencari Dia, lalu menemukan-Nya dan berusaha menahan Dia supaya jangan meninggalkan mereka. Tetapi Ia berkata kepada mereka: “Juga di kota-kota lain Aku harus memberitakan Injil Kerajaan Allah sebab untuk itulah Aku diutus.” Dan Ia memberitakan Injil dalam rumah-rumah ibadat di Yudea.

***

Yesus menyembuhkan ibu mertua Simon Petrus dari sakit demam. Kemudian, orang-orang dengan berbagai macam penyakit mencari-Nya untuk mendapatkan kesembuhan. Di hadapan Yesus, setan-setan keluar dari banyak orang sambil berteriak-teriak. Artinya, kehadiran Yesus di satu sisi membawa kebaikan dan kedamaian bagi banyak orang, di lain sisi menyebabkan kemarahan dan keputusasaan bagi si jahat. Ini bukan satu-satunya tindakan Yesus mengusir setan. Dalam kisah penyembuhan orang Gerasa, setan yang merasukinya juga meronta dan memohon supaya jangan disiksa. Melihat kehadiran Yesus, setan marah karena kehadiran Allah mengganggu ketenangannya. Kehadiran Allah membuatnya tidak berkutik, tidak berdaya.

Mungkin ada juga saat-saat di mana kita merasa bahwa perjumpaan dengan Yesus adalah sebuah gangguan. Kita merasa terganggu karena harus menghadiri misa pada hari Minggu, waktu di mana kita bisa menikmati liburan. Kita merasa gelisah dan terganggu akan Dia ketika kita sudah dikuasai oleh kecanduan pornografi. Kita merasa terusik dan malu bertemu dengan Dia ketika kita terlibat dalam korupsi, perzinaan, penipuan, dan lain-lain. Kita enggan untuk pergi dan berjumpa dengan Yesus, untuk memohon pengampunan. Akhirnya, bukankah Tuhan yang harus pergi mendatangi kita ketika kita enggan keluar dari kenyamanan bersama dengan roh jahat?

Kenapa kita bisa merasa terganggu ketika Yesus datang? Biasanya penyebabnya adalah kekecewaan, kesedihan, kemalasan rohani, keinginan yang tidak teratur, serta nafsu yang tidak terkendali. Semua itu bermuara pada egoisme, semua bermuara pada “aku”. Segala hal ditujukan pada “aku”, semua pertimbangan diarahkan tentang “aku”.

Apa yang dilakukan Yesus hari ini bisa menjadi obat atau penawar dari situasi di atas, situasi yang menggambarkan bahwa kita dikuasai setan. Pertama, kita harus berkomitmen setiap hari untuk menyediakan waktu sejenak guna melihat dan mendengarkan Yesus. Inilah yang disebut berdoa. Yesus melakukannya juga seperti yang dikatakan di sini: “Ketika hari siang, Yesus berangkat dan pergi ke suatu tempat yang sunyi.” Kedua, kita harus berkomitmen setiap hari untuk mengalahkan keegoisan kita dengan melakukan hal-hal kecil demi kebaikan orang lain. Inilah yang disebut mengasihi sesama. Yesus melakukannya juga karena di sini Ia berkata, “Juga di kota-kota lain Aku harus memberitakan Injil.”