
Lukas 5:33-39
Orang-orang Farisi itu berkata pula kepada Yesus: “Murid-murid Yohanes sering berpuasa dan sembahyang, demikian juga murid-murid orang Farisi, tetapi murid-murid-Mu makan dan minum.” Jawab Yesus kepada mereka: “Dapatkah sahabat mempelai laki-laki disuruh berpuasa, sedang mempelai itu bersama mereka? Tetapi akan datang waktunya, apabila mempelai itu diambil dari mereka, pada waktu itulah mereka akan berpuasa.”
Ia mengatakan juga suatu perumpamaan kepada mereka: “Tidak seorang pun mengoyakkan secarik kain dari baju yang baru untuk menambalkannya pada baju yang tua. Jika demikian, yang baru itu juga akan koyak dan pada yang tua itu tidak akan cocok kain penambal yang dikoyakkan dari yang baru itu. Demikian juga tidak seorang pun mengisikan anggur yang baru ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian, anggur yang baru itu akan mengoyakkan kantong itu dan anggur itu akan terbuang dan kantong itu pun hancur. Tetapi anggur yang baru harus disimpan dalam kantong yang baru pula. Dan tidak seorang pun yang telah minum anggur tua ingin minum anggur yang baru, sebab ia akan berkata: Anggur yang tua itu baik.”
***
Orang Farisi membandingkan puasa dan doa yang dilakukan oleh mereka dan murid-murid Yohanes dengan makan dan minum yang dilakukan murid-murid Yesus. Yesus tidak terjebak dengan perbandingan ini. Ia menyatakan bahwa setiap waktu adalah berharga dan penting. Kalau menggunakan bahasa dari Kitab Pengkotbah, bisa dikatakan bahwa ada waktu untuk berpuasa, ada waktu untuk berdoa, tetapi ada pula waktu untuk makan dan untuk minum.
Ada saatnya orang berpuasa dan berdoa, tentu ada saatnya juga orang makan dan minum. Tuhan memberi kita waktu, dan waktu itu terus bergulir. Baju yang baru dan kantong yang baru seiring berjalannya waktu akan menjadi tua, usang, dan mudah koyak. Karena itu, hendaklah kita menggunakan waktu yang Tuhan berikan untuk hal-hal yang berguna dan sesuai dengan kehendak-Nya.
Seiring berjalannya waktu, perubahan-perubahan pasti terjadi. Perubahan terkadang tidak mudah bagi kita, apalagi ketika kita berada dalam situasi aman, nyaman, dan enak. Perubahan dirasa sebagai gangguan. Selalu ada tegangan antara yang baru dan yang lama. Sangat mudah untuk terus melakukan hal yang sama daripada bekerja keras dan menciptakan sesuatu yang baru.
Yesus yang ditolak oleh orang Yahudi menjadi simbol anggur baru yang ditolak oleh struktur lama, yaitu kantong kulit tua yang sudah tidak bisa lagi menampung anggur baru. Selama kita tidak bisa meninggalkan kebiasaan manusia lama, selama itu pula kita akan sulit untuk sungguh-sungguh mengikuti Yesus.
Kehadiran Paus Fransiskus di Indonesia tepat satu tahun yang lalu adalah contoh anggur baru. Ada berbagai kejutan yang dihadirkan beliau dalam kunjungannya. Beliau menggunakan pesawat komersial dan bukan jet pribadi. Mobil yang digunakannya adalah jenis mobil yang umum dipakai masyarakat, bukan yang mewah dan antipeluru. Kamera para jurnalis sempat menangkap jam tangan sederhana yang dipakai olehnya. Sepanjang perjalanan dari bandara ke nunsiatura, beliau beberapa kali berhenti dalam rangka menyapa anak-anak. Di tengah gempuran hidup hedonis yang gemar mengumbar dan memamerkan kekayaan, serta budaya korupsi yang masif, Paus Fransiskus membawa kepada kita anggur baru, yaitu hidup penuh sukacita dalam kesederhanaan.