Cermin Kotor

Jumat, 12 September 2025 – Hari Biasa Pekan XXIII

2

Lukas 6:39-42

Yesus mengatakan pula suatu perumpamaan kepada mereka: “Dapatkah orang buta menuntun orang buta? Bukankah keduanya akan jatuh ke dalam lubang?

Seorang murid tidak lebih daripada gurunya, tetapi barangsiapa yang telah tamat pelajarannya akan sama dengan gurunya.

Mengapakah engkau melihat selumbar di dalam mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu sendiri tidak engkau ketahui? Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Saudara, biarlah aku mengeluarkan selumbar yang ada di dalam matamu, padahal balok yang di dalam matamu tidak engkau lihat? Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.”

***

Bayangkanlah kita berdiri di depan cermin yang kotor. Kita tidak bisa melihat wajah kita dengan jelas karena cermin itu buram. Yang perlu kita lakukan adalah membersihkan cermin yang buram itu supaya kita bisa melihat wajah kita lagi dengan jelas.

Seperti cermin wajah, demikianlah cermin hati kita. Apabila kotor, kita tidak dapat melihat diri kita dengan jelas. Cermin hati adalah kemampuan kita dalam berefleksi dan mengoreksi diri. Kemampuan berefleksi diri akan membantu kita untuk mengevaluasi diri dan mengembangkan diri secara lebih baik lagi.

Yesus menggunakan analogi selumbar dan balok untuk menyadarkan kita betapa pentingnya kita untuk berefleksi. Orang yang cenderung menghakimi orang lain biasanya kurang mampu berefleksi. Refleksi merupakan saat di mana seseorang melihat dirinya dalam terang kasih Allah. Refleksi tidak dimaksudkan untuk menyalahkan diri atau orang lain, tetapi merupakan saat untuk jujur pada diri kita sendiri. Refleksi menjadi momen di mana kita berpikir dengan jernih dan melihat dengan jelas diri kita sendiri.

Ketika hal itu terjadi, kita akan jujur pada diri kita sendiri. Kalau kita jujur pada diri kita, kita juga bisa jujur pada orang lain. Hal inilah yang dimaksudkan Yesus ketika Ia menyatakan bahwa orang buta tidak mungkin menuntun orang buta. Kejujuran akan mengantar kita pada sikap rendah hati.

Saudara-saudari, marilah kita membangun kebiasaan untuk berefleksi. Kita perlu memberi waktu khusus setiap hari untuk merefleksikan aktivitas kita sepanjang hari. Dengan begitu, kita akan mampu jujur dan juga lebih rendah hati. Kalau kita terbiasa berefleksi, kita akan lebih mudah memahami daripada menghakimi. Mari membersihkan cermin hati kita!