Mendengarkan dan Mewartakan Firman Tuhan

Senin, 22 September 2025 – Hari Biasa Pekan XXV

47

Lukas 8:16-18

“Tidak ada orang yang menyalakan pelita lalu menutupinya dengan tempayan atau menempatkannya di bawah tempat tidur, tetapi ia menempatkannya di atas kaki dian, supaya semua orang yang masuk ke dalam rumah dapat melihat cahayanya. Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan diketahui dan diumumkan. Karena itu, perhatikanlah cara kamu mendengar. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, darinya akan diambil, juga apa yang ia anggap ada padanya.”

***

Pada zaman Yesus, pelita terbuat dari tanah liat yang terdiri dari wadah untuk minyak zaitun dan corong tempat sumbu diletakkan. Pelita untuk rumah tangga cukup kecil, sehingga bisa dibawa di telapak tangan. Pelita dinyalakan untuk menerangi ruangan. Tidak ada orang yang menyalakan pelita lalu menutupinya dengan tempayan atau meletakkannya di bawah tempat tidur. Pelita dinyalakan dan diletakkan di atas kaki pelita supaya orang yang masuk dapat melihat cahaya. Pelita dinyalakan untuk memberikan cahaya, sehingga aneh kalau malah disembunyikan atau ditutupi.

Apa yang bisa dilambangkan oleh pelita? Pelita bisa mengacu kepada firman Allah, pesan pewartaan tentang Kerajaan Allah yang telah diwartakan Yesus di seluruh Galilea. Pesan pewartaan Yesus ada yang mendengarkannya tetapi tidak mengerti, tumbuh sedikit, atau mati, namun ada pula yang menghasilkan kehidupan. Apa pun hasilnya, pesan pewartaan tentang Kerajaan Allah tidak boleh disembunyikan atau hanya dibisikkan di tempat yang rahasia. Sebaliknya, pesan itu harus diproklamasikan secara terbuka dan jelas, agar orang yang datang dapat melihat cahayanya yang memberikan penerangan dan kekuatan.

Melalui perumpamaan ini, Yesus menginstruksikan kepada murid-murid-Nya agar mereka tidak menindas pesan pewartaan tentang Kerajaan Allah. Wartakanlah itu secara terbuka! Pesan pewartaan itu tidak dimaksudkan sebagai pengetahuan rahasia untuk segelintir orang terpilih, tetapi dimaksudkan untuk diketahui oleh semua yang mau mendengarkannya. Kegagalan untuk mendengarkan pewartaan tentang Kerajaan Allah berisiko menimbulkan kerugian besar, sebab “siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, darinya akan diambil, juga apa yang ia anggap ada padanya”.

Kita harus mendengarkan dan mewartakan firman Tuhan yang kini telah dinyatakan dalam Yesus Kristus. Apakah kita telah mendengarkan dan mewartakan firman Tuhan secara terbuka melalui sikap dan tindakan kita sehari-hari?