
Lukas 10:17-24
Kemudian ketujuh puluh murid itu kembali dengan gembira dan berkata: “Tuhan, juga setan-setan takluk kepada kami demi nama-Mu.” Lalu kata Yesus kepada mereka: “Aku melihat Iblis jatuh seperti kilat dari langit. Sesungguhnya Aku telah memberikan kuasa kepada kamu untuk menginjak ular dan kalajengking dan kuasa untuk menahan kekuatan musuh, sehingga tidak ada yang akan membahayakan kamu. Namun demikian janganlah bersukacita karena roh-roh itu takluk kepadamu, tetapi bersukacitalah karena namamu ada terdaftar di surga.”
Pada waktu itu juga bergembiralah Yesus dalam Roh Kudus dan berkata: “Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu. Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak ada seorang pun yang tahu siapakah Anak selain Bapa, dan siapakah Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakan hal itu.”
Sesudah itu berpalinglah Yesus kepada murid-murid-Nya tersendiri dan berkata: “Berbahagialah mata yang melihat apa yang kamu lihat. Karena Aku berkata kepada kamu: Banyak nabi dan raja ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya.”
***
Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, Yesus hari ini bergembira dalam Roh Kudus ketika ketujuh puluh-Nya murid kembali dari tugas pengutusan. Para murid itu pun bersukacita karena kuasa setan takluk demi nama Yesus. Namun, Yesus mengingatkan, hendaknya mereka bersukacita bukan karena kuasa atau keberhasilan itu, melainkan karena nama mereka tercatat di surga.
Lalu Yesus menambahkan, “Berbahagialah mata yang melihat apa yang kamu lihat.” Yesus menegaskan bahwa melihat dan mendengar dengan benar bukan sekadar mengacu pada kondisi fisik yang baik, melainkan merupakan anugerah rohani. Banyak orang pintar, orang bijak, bahkan para nabi dan raja, yang tidak mampu melihat dan mendengar seperti para murid. Mengapa? Sebab, hanya dengan hati yang sederhana dan terbuka, seseorang dapat menangkap karya Allah yang tersembunyi.
Pada hari ini, bersama Gereja universal, kita juga mengenang St. Fransiskus dari Assisi, seorang kudus yang sungguh hidup dengan mata dan telinga Allah. Fransiskus tidak melihat dunia hanya dengan mata lahiriah. Ia melihat ciptaan sebagai saudara dan saudari, seperti Saudara Matahari, Saudari Bulan, bahkan Saudari Maut. Ia mendengar suara Allah yang berbicara melalui Kitab Suci, melalui orang miskin, bahkan melalui penderitaan pribadinya. Dengan cara itu, Fransiskus mampu hidup sederhana, penuh syukur, dan membawa damai.
Bila kita melihat segala sesuatu hanya dengan mata manusiawi kita, kita akan mudah silau oleh harta, kuasa, dan popularitas. Bila kita mendengar segala sesuatu hanya dengan telinga manusiawi kita, kita akan mudah terseret gosip, berita palsu, dan suara dunia yang gaduh.
Namun, bila kita melihat dan mendengar dengan mata dan telinga Allah, kita akan: (1) Melihat dengan kasih dan menemukan wajah Allah dalam diri orang miskin, sakit, dan tersingkir; (2) Mendengar dengan iman dan menangkap suara Roh Kudus yang menuntun, bukan sekadar bisikan dunia; (3) Menghargai hal-hal kecil, sebab kita percaya bahwa Allah hadir pula dalam hal-hal yang sederhana, bukan hanya yang besar dan spektakuler. Inilah yang membuat St. Fransiskus bisa hidup bahagia meskipun miskin. Ia bisa menjadi sumber damai meskipun tubuhnya sakit, dan tetap penuh syukur meskipun banyak mengalami penolakan.
Saudara-saudari terkasih, mari kita belajar dari Injil dan teladan Santo Fransiskus hari ini. Mari kita belajar untuk jangan hanya melihat dengan mata duniawi, tetapi juga dengan mata Allah yang penuh belas kasihan. Mari kita belajar untuk jangan hanya mendengar dengan telinga duniawi, tetapi juga dengan telinga Allah yang penuh damai. Pada akhirnya, semoga kita pun akan mampu bersukacita bukan karena kuasa atau sukses duniawi, melainkan karena nama kita tercatat di surga. Tuhan memberkati!