Mensyukuri dan Membagikan Kasih Karunia

Kamis, 16 Oktober 2025 – Hari Biasa Pekan XXVIII

10

Lukas 11:47-54

“Celakalah kamu, sebab kamu membangun makam nabi-nabi, tetapi nenek moyangmu telah membunuh mereka. Dengan demikian kamu mengaku, bahwa kamu membenarkan perbuatan-perbuatan nenek moyangmu, sebab mereka telah membunuh nabi-nabi itu dan kamu membangun makamnya. Sebab itu hikmat Allah berkata: Aku akan mengutus kepada mereka nabi-nabi dan rasul-rasul dan separuh dari antara nabi-nabi dan rasul-rasul itu akan mereka bunuh dan mereka aniaya, supaya dari angkatan ini dituntut darah semua nabi yang telah tertumpah sejak dunia dijadikan, mulai dari darah Habel sampai kepada darah Zakharia yang telah dibunuh di antara mezbah dan Rumah Allah. Bahkan, Aku berkata kepadamu: Semuanya itu akan dituntut dari angkatan ini. Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat, sebab kamu telah mengambil kunci pengetahuan; kamu sendiri tidak masuk ke dalam dan orang yang berusaha untuk masuk ke dalam kamu halang-halangi.”

Dan setelah Yesus berangkat dari tempat itu, ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi terus-menerus mengintai dan membanjiri-Nya dengan rupa-rupa soal. Untuk itu mereka berusaha memancing-Nya, supaya mereka dapat menangkap-Nya berdasarkan sesuatu yang diucapkan-Nya.

***

Kasih karunia adalah hadiah terbesar dari Allah. Ia memberi kita jauh lebih banyak daripada yang layak kita terima. Hari ini adalah hari yang baik bagi kita untuk berhenti sejenak dan merenungkan kebaikan Yesus yang telah menebus kita dan memberi kita kesempatan baru tanpa syarat. Rasul Paulus hari ini juga mengingatkan kita akan kasih dan belas kasihan Allah yang berlimpah-limpah (bacaan pertama, Rm. 3:21-30).

Pada zaman sekarang, kita bisa membayangkan kasih karunia tidak hanya sebagai pengorbanan darah yang terasa jauh dari kehidupan sehari-hari, tetapi juga sebagai utang yang dilunasi, kesalahan yang dihapus, atau kesempatan kedua untuk memulai hidup yang baru. Gambaran-gambaran ini membantu kita menangkap kembali betapa luasnya kasih Allah.

Yesus tidak hanya memberi kita kasih karunia, tetapi juga memanggil kita untuk menyalurkannya kepada orang lain. Kita dipanggil untuk mengampuni, memberi kesempatan baru, dan mengasihi lebih dari sekadar sewajarnya. Ketika kita enggan melakukannya, kita mudah menjadi keras, menghakimi, dan lupa bahwa kita sendiri pernah (dan terus) menerima pengampunan dan kesempatan kedua. Hari ini kita diajak untuk bertanya: Kepada siapa kita bisa memberi pengampunan? Kepada siapa kita bisa membuka pintu kesempatan baru?

Untuk “beres” dengan Allah, kita perlu berani jujur pada diri sendiri, mengakui ketakutan, kelemahan, dan ketidakberdayaan kita. Di titik inilah Roh Kudus hadir untuk menghibur, menguatkan, dan menuntun kita. Kita belajar bahwa kelemahan bukanlah akhir, melainkan pintu untuk merasakan kekuatan dan kasih-Nya. Di situ, kita menemukan diri kita kembali sebagai pendosa yang dikasihi.

Hari ini, mari kita membuka hati: Akui kelemahan kita di hadapan Allah, izinkan Roh Kudus menguatkan kita, dan pilih satu tindakan nyata untuk menyalurkan kasih karunia itu kepada orang lain dengan cara mengampuni, memberi semangat, atau membantu mereka yang jatuh. Kasih karunia yang kita terima akan menjadi nyata ketika kita juga membagikannya.