
Roma 8:26-30
Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan. Dan Allah yang menyelidiki hati nurani, mengetahui maksud Roh itu, yaitu bahwa Ia, sesuai dengan kehendak Allah, berdoa untuk orang-orang kudus. Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara. Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya.
***
Bacaan pertama hari ini biasanya menjadi salah satu pilihan untuk ibadat penerimaan Sakramen Orang Sakit. Merenungkan bacaan ini, saya melihat bahwa dalam keadaan tubuh lemah, juga kesadaran yang rendah, serta jiwa dan raga yang rapuh, Roh akan tetap terjaga. “Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan.”
Pernah saya menerimakan Sakramen Minyak Suci kepada seorang lanjut usia yang tubuhnya tinggal tulang. Saat saya menanyakan nama lengkap kepada keluarganya, dia sendiri yang menjawab dan menyebutkan nama lengkapnya, termasuk nama baptis. Lantas, saya memimpin ibadat. Ibadat saya tutup dengan berkat. Akan tetapi dia protes, mengapa ibadat itu tidak ada nyanyiannya. Saya lantas menyanyikan sebuah lagu dalam bahasa Jawa yang saya hafal, berjudul Gusti Ulun. Saya yakin lagu ini pasti dikenali oleh lansia yang saya layani. Benar, dia lantas bernyanyi sambil memeragakan diri sebagai dirigen. Menurut kesaksian keluarga, memang benar dia dahulu aktif di gereja sebagai dirigen.
Seusai ibadat tersebut, saya diminta minum di ruang keluarga. Beberapa saat kemudian, saya kembali kepada orang yang baru saja menerima minyak suci itu untuk berpamitan kepadanya. Ternyata, dia telah pergi. Rohlah yang telah memimpindia sampai akhir menghadap Bapa. Saya melihat bahwa di balik tubuh dan jiwa yang telah rapuh oleh sakit atau karena usia lanjut, rohlah bagian dari manusia yang tidak pernah renta. Bahkan, semakin lemah tubuh dan jiwa, roh yang akan ganti berperan sebagai panglima.
Manusia menurut Paulus terdiri atas jiwa, raga, dan roh. Paulus menulis, “Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa, dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita” (1Tes. 5:23). Sama seperti tubuh supaya menjadi kuat perlu menjalani latihan jasmani, demikian juga roh perlu menjalani latihan rohani (Latihan Rohani St. Ignatius, no. 1).
Saya terkesan dengan pemain pencak silat yang berlatih dengan gerakan yang diulang-ulang. Gerakan tersebut akan membentuk reaksi refleks bila terjadi serangan secara tiba-tiba. Demikian juga dimensi rohani kita. Bila dilatih terus-menerus, saat menghadapi situasi kritis, akan terbangun spontanitas rohani yang akan memimpin kita kepada Tuhan.










