Lepaskanlah Segala Milik dan Ikutlah Yesus

Rabu, 5 November 2025 – Hari Biasa Pekan XXXI

10

Lukas 14:25-33

Pada suatu kali banyak orang berduyun-duyun mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya. Sambil berpaling Ia berkata kepada mereka: “Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, istrinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku. Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.

Sebab siapakah di antara kamu yang kalau mau mendirikan sebuah menara tidak duduk dahulu membuat anggaran biayanya, kalau-kalau cukup uangnya untuk menyelesaikan pekerjaan itu? Supaya jikalau ia sudah meletakkan dasarnya dan tidak dapat menyelesaikannya, jangan-jangan semua orang yang melihatnya, mengejek dia, sambil berkata: Orang itu mulai mendirikan, tetapi ia tidak sanggup menyelesaikannya.

Atau, raja manakah yang kalau mau pergi berperang melawan raja lain tidak duduk dahulu untuk mempertimbangkan, apakah dengan sepuluh ribu orang ia sanggup menghadapi lawan yang mendatanginya dengan dua puluh ribu orang? Jikalau tidak, ia akan mengirim utusan selama musuh itu masih jauh untuk menanyakan syarat-syarat perdamaian. Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku.”

***

Segala sesuatu perlu direncanakan. Dengan perencanaan yang baik, kita akan dapat mengukur kemampuan kita, mengetahui konsekuensi atau risiko yang menghadang di depan, dan meningkatkan peluang keberhasilan. Yesus hari ini mengingatkan para pengikut-Nya tentang pentingnya memiliki rencana. Apa pun yang akan dikerjakan sebelumnya harus direncanakan dengan baik agar tujuan bisa tercapai.

Ada dua contoh yang diberikan Yesus. Pertama, tentang pembangunan menara. Saat seseorang hendak membangun menara, yang pertama-tama harus dilakukannya adalah duduk menghitung besarnya anggaran atau dana yang kira-kira diperlukan. Dengan adanya perkiraan anggaran, orang dapat mengetahui apakah ia memiliki kemampuan untuk membangun menara atau tidak. Kedua, tentang persiapan sebelum perang. Sebelum pergi berperang, seorang raja perlu duduk dan mengatur strategi perang. Ia harus mengetahui situasi musuh, misalnya jumlah prajurit mereka dan perlengkapan perang yang mereka miliki. Kalau ternyata ditemukan bahwa raja dan pasukannya tidak memiliki kemampuan untuk melawan musuh, akan sangat konyol jika sang raja tetap memaksakan pasukannya untuk maju berperang. Akan lebih baik kalau dia mengirim utusan untuk menanyakan syarat-syarat perdamaian.

Melalui kedua contoh itu, Yesus ingin agar para pengikut-Nya menyadari bahwa menjadi murid-Nya bukanlah sebuah tindakan impulsif, melainkan harus merupakan keputusan bulat yang didapatkan melalui perencanaan yang matang. Sebelum memutuskan untuk menjadi murid Yesus, kita sudah harus tahu dengan jelas syarat apa yang perlu kita penuhi dan apa yang akan menjadi tugas kita. Syarat yang diberikan Tuhan tidaklah ringan. Setiap murid dituntut untuk mampu melepaskan diri dari segala miliknya, termasuk di dalamnya hal-hal yang mungkin dianggap penting, yakni keluarga dan harta kekayaan.

Status sebagai murid tidak kemudian menjadikan hidup seorang murid Yesus menjadi mudah. Tidak ada fasilitas istimewa seperti halnya kalau kita menjadi anggota organisasi atau kelompok tertentu. Sebaliknya, seorang murid Yesus dituntut untuk memanggul salib, seperti halnya teladan yang diberikan oleh sang guru sendiri.

Hidup bukanlah sekadar karunia yang perlu disyukuri dan dinikmati, sebab ada tugas penting yang harus dilaksanakan. Ada salib yang perlu dipanggul oleh setiap murid. Itu berarti kesulitan, masalah, dan tantangan hidup harus kita hadapi. Dalam kesesakan dan penderitaan, kita tidak boleh berputus asa, apalagi memilih untuk menyerah. Sejatinya, sebagai murid Yesus, kita harus paham bahwa Tuhan meminta kita untuk melepaskan segala milik, supaya dengan demikian kita tidak memiliki apa-apa lagi untuk diandalkan selain Tuhan semata. Di ujung jalan salib, ada janji keselamatan.