
Matius 11:28-30
“Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan.”
***
Masa Adven merupakan saat bagi kita untuk menyiapkan hati menyambut Tuhan yang hadir bukan hanya dalam wujud bayi di palungan, melainkan juga sebagai sumber penghiburan dan harapan bagi dunia yang terluka. Di dunia yang terluka saat ini, sabda Yesus hari ini terasa begitu lembut, hidup, dan relevan, “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” Sabda ini menjadi semacam oase yang memberi kesejukan di tengah padang gurun kehidupan yang gersang. Kita diingatkan bahwa kita tidak sendirian. Tuhan selalu ada menemani kita.
Dalam beberapa minggu terakhir, kita merasakan keprihatinan dan kepedihan mendalam ketika mendengar, melihat, dan mungkin sebagian dari kita mengalami langsung bencana alam di wilayah Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat. Banyak yang meninggal, serta kehilangan anggota keluarga, rumah, dan harta benda. Banyak yang putus asa, khawatir menghadapi hari esok, bahkan mungkin enggan untuk melanjutkan hidup. Dalam kelelahan, mereka mencari pertolongan, dan berteriak agar didengarkan. Tidak sedikit yang hanya mampu berkata sambil merintih, “Tuhan, mengapa ini terjadi?”
Dalam duka, keletihan, dan kebingungan, undangan Yesus hari ini terasa sangat relevan. Suara Yesus hadir mengundang semua yang mengalami penderitaan, “Datanglah kepada-Ku.” Dalam undangan ini, kita juga diajak untuk menjadi partner Yesus, menjadi perpanjangan tangan-Nya untuk menolong dan merangkul mereka yang sedang menderita. Tuhan tidak bekerja sendiri. Dia mengajak kita menjadi mitra untuk meneruskan uluran tangan-Nya kepada manusia yang membutuhkan kelegaan.
Ketika Yesus berkata, “Pikullah kuk yang Kupasang … sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan,” Ia tidak sedang mengatakan bahwa hidup bersama-Nya akan bebas dari masalah. Beban akan tetap ada, tantangan tetap akan datang, tetapi beban yang kita pikul akan menjadi ringan karena ada Yesus yang berjalan di sisi kita. Yesus juga mengajarkan bahwa beban dapat menjadi jalan menuju kedalaman iman agar semakin serupa dengan Dia.
Mungkin saat ini kita sedang mengalami kelelahan dalam pergumulan seperti ketidakpastian ekonomi, sakit yang berkepanjangan, tekanan pekerjaan, kegagalan, atau kehilangan orang yang kita cintai. Masa Adven mengingatkan kita bahwa Tuhan datang bukan ketika semuanya baik-baik saja, melainkan ketika dunia kacau balau. Yesus lahir dalam kesederhanaan di zaman yang penuh penderitaan. Karena itu, Ia sangat mengerti hati orang yang letih dan menderita.
Biarlah sabda Tuhan hari ini menyentuh dua sisi kehidupan kita: Sisi yang lelah dan sisi yang diundang untuk peduli. Yesus tidak meminta kita menjadi kuat terlebih dahulu lalu datang kepada-Nya. Dia justru mengundang kita saat lemah, penuh air mata, bingung, sehingga kita boleh bersandar kepada-Nya dan ditopang oleh-Nya. Ketika kuat, kita diundang untuk menjadi pembawa harapan yang berani mengulurkan tangan, memberikan dukungan nyata, serta memperhatikan mereka yang sedang berjuang. Kita dipanggil menjadi saudara bagi yang lain, menjadi terang kecil dalam kegelapan. Ketika kita menolong, sesungguhnya kita memikul kuk bersama Kristus.
Semoga Masa Adven ini menjadi masa ketika kita menemukan kembali sumber kekuatan sejati dan menjadi saluran damai bagi dunia yang terluka. Amin.










