
Matius 11:11-15
“Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak pernah tampil seorang yang lebih besar daripada Yohanes Pembaptis, namun yang terkecil dalam Kerajaan Surga lebih besar daripadanya. Sejak tampilnya Yohanes Pembaptis hingga sekarang, Kerajaan Surga diserong dan orang yang menyerongnya mencoba menguasainya. Sebab semua nabi dan kitab Taurat bernubuat hingga tampilnya Yohanes dan — jika kamu mau menerimanya — ialah Elia yang akan datang itu. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!”
***
Ada sebuah kisah tentang seorang nelayan yang sudah bertahun-tahun mengandalkan laut untuk menghidupi keluarganya. Suatu hari, badai besar datang: Langit menjadi gelap, angin bertiup kencang, dan ombak begitu besar. Nelayan ini saat itu sedang berada di laut dan perahunya hampir terbalik. Ia panik dan mulai berteriak, “Tuhan, tolong saya!” Di tengah kepanikan, tiba-tiba ia teringat pesan almarhum ayahnya, “Kalau badai datang, jangan melawan ombak. Ikuti saja arah angin, lalu dayung perlahan ke sisi yang aman.” Ia mencoba menenangkan hati dan melaksanakan nasihat itu, sehingga mencapai pantai dengan selamat. Ketika tiba di darat, beberapa tetangga berkata, “Untung engkau masih hidup.” Nelayan itu menjawab, “Bukan hanya karena saya kuat, tetapi juga karena Tuhan yang menyelamatkan saya. Ia yang mengingatkan saya pada nasihat ayah saya. Di saat saya takut, Tuhan memegang tangan saya.”
Kisah ini menggambarkan bagaimana Tuhan bekerja dalam cara-cara yang sering kali tidak kita sadari. Terkadang Tuhan berbicara melalui orang lain, melalui ingatan, atau melalui bisikan hati. Yang menjadi tantangan adalah: Apakah kita mau membuka telinga untuk mendengar-Nya?
Nabi Yesaya dalam bacaan pertama (Yes. 41:13-20) menyampaikan suara Tuhan yang begitu lembut, namun penuh kuasa: “Aku ini, TUHAN, Allahmu, memegang tangan kananmu dan berkata kepadamu: Janganlah takut, Akulah yang menolong engkau.” Tuhan tidak berada di kejauhan, tetapi turun mendekat, memegang tangan, dan berjalan bersama kita dalam setiap tantangan hidup.
Selanjutnya, dalam bacaan Injil, Yesus berbicara tentang Yohanes Pembaptis sebagai sosok besar yang mempersiapkan jalan bagi-Nya. Di akhir perikop ini, Yesus mengatakan, “Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!” Yesus mau menegaskan bahwa untuk memahami karya Allah, kita perlu membuka hati, telinga, dan mata batin. Ada suara Allah yang berbicara, tetapi tidak semua orang mau mendengarkan, tidak semua orang peka menangkap kehendak-Nya.
Dua bacaan ini membawa kita kepada satu pesan utama: Tuhan selalu berkarya dan menolong kita, sehingga kita harus membuka diri untuk mendengarkan suara-Nya. Tuhan tidak pernah meninggalkan kita dalam perjuangan hidup ketika kita khawatir akan masa depan, ketika pekerjaan terasa berat, ketika keluarga menghadapi masalah, ketika kita merasa tidak dihargai atau tidak dianggap, bahkan ketika kita merasa doa kita tidak didengar. Tuhan selalu memberi jalan, memberi ingatan, dan memberi kekuatan baru, meski kadang-kadang kita baru menyadarinya setelah badai berlalu.
Dalam bacaan Injil, Yesus juga mengajak kita untuk punya hati yang terbuka dan telinga yang peka. Di kehidupan zaman ini, kita sering kali terbiasa mendengarkan suara manusia dan suara-suara di media sosial, sehingga suara Tuhan hanya terdengar samar-samar. Tantangan kita saat ini bukanlah “apakah Tuhan berbicara”, melainkan “apakah kita mau menyediakan waktu untuk mendengarkan-Nya”. Hari ini, firman Tuhan mengajak kita untuk menyadari bahwa Ia setia dan selalu menolong. Ia memegang tangan kita, bahkan ketika kita tidak sadar. Kita diminta untuk tetap setia dalam iman.
Semoga melalui renungan ini, iman kita semakin teguh bahwa Tuhan adalah Allah yang baik, yang memegang tangan dan memimpin langkah kita. Semoga kita tetap setia, selalu peka, dan selalu mendengarkan suara-Nya. Amin.










