Pergilah dalam Kesederhanaan

Kamis, 6 Februari 2025 – Peringatan Wajib Santo Paulus Miki dan Kawan-Kawan

129

Markus 6:7-13

Ia memanggil kedua belas murid itu dan mengutus mereka berdua-dua. Ia memberi mereka kuasa atas roh-roh jahat, dan berpesan kepada mereka supaya jangan membawa apa-apa dalam perjalanan mereka, kecuali tongkat, roti pun jangan, bekal pun jangan, uang dalam ikat pinggang pun jangan, boleh memakai alas kaki, tetapi jangan memakai dua baju. Kata-Nya selanjutnya kepada mereka: “Kalau di suatu tempat kamu sudah diterima dalam suatu rumah, tinggallah di situ sampai kamu berangkat dari tempat itu. Dan kalau ada suatu tempat yang tidak mau menerima kamu dan kalau mereka tidak mau mendengarkan kamu, keluarlah dari situ dan kebaskanlah debu yang di kakimu sebagai peringatan bagi mereka.” Lalu pergilah mereka memberitakan bahwa orang harus bertobat, dan mereka mengusir banyak setan, dan mengoles banyak orang sakit dengan minyak dan menyembuhkan mereka.

***

Yesus mengutus murid-murid-Nya berdua-dua dan memberi mereka kuasa atas roh-roh jahat. Dengan diutus berdua-dua, mereka diharapkan bisa saling menolong, mendukung, menguatkan, dan berbagi. Para murid hanya boleh memakai sebuah baju, beralas kaki, dan membawa tongkat. Mereka dilarang membawa apa-apa selain itu. Ini berarti tugas pengutusan harus mereka jalankan secara sederhana, tetapi penuh makna.

Karena tidak direpotkan oleh barang-barang duniawi, para murid diharapkan bisa menjalankan tugas pengutusan dengan baik, fokus pada misi yang mereka emban. Mereka diajak untuk meninggalkan keduniawian, agar menjadi pewarta yang andal dalam nama-Nya. Mereka diajak pula untuk meninggalkan kesombongan dan membangun kerendahan hati demi kemuliaan nama Tuhan. Tugas yang berat harus mereka jalankan dengan memohon bantuan Tuhan dan berharap penuh hanya kepada-Nya.

Pelayanan membutuhkan perjuangan dan komitmen. Kita diajak untuk membangun diri secara bersama-sama di dalam komunitas, dan rela berkorban demi kepentingan banyak orang. Menjalankan pengutusan berarti berani membela kebenaran dan mempertahankan iman akan Yesus hingga akhir hidup. Itu karena bisa jadi kita akan berhadapan dengan penolakan dari orang-orang yang kita sapa. Jika hal itu kita alami, kita tidak perlu marah, kecewa, atau kecil hati. Serahkanlah orang-orang yang menolak itu pada kerahiman Tuhan.

Mari kita membangun diri kita agar menjadi pribadi-pribadi yang sesuai dengan kehendak Allah. Mari kita menjadi menjadi umat-Nya yang siap sedia untuk diutus mewartakan kabar baik kepada sesama, seperti halnya para murid zaman dahulu. Mari kita menjalankan tugas pengutusan kita dalam kesederhanaan, kerendahan hati, dan kesiapan untuk berkorban bagi sesama.