
Matius 1:16, 18-21, 24a
Yakub memperanakkan Yusuf suami Maria, yang melahirkan Yesus yang disebut Kristus.
Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami istri. Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama istrinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam. Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: “Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai istrimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka.”
Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya.
***
Di tengah masa pertobatan, hari ini kita merayakan Hari Raya Santo Yusuf. Berdasarkan beberapa sumber bacaan, dikatakan bahwa hari raya ini sudah dirayakan sejak abad ke-10. Penetapan tanggal 19 Maret sebagai Hari Raya Santo Yusuf sudah terjadi sejak abad ke-15. Penetapan tanggal ini mengikuti tradisi penghormatan kepada Santo Yusuf yang berkembang di berbagai keuskupan sebelum akhirnya diresmikan oleh Gereja universal.
Gereja mengenali Santo Yusuf sebagai sosok orang beriman yang taat kepada Allah, penuh keheningan, dan setia dalam menjalankan kehendak Allah sepanjang hidupnya. Sikap taat dan setia sangat selaras dengan semangat pertobatan yang ditekankan selama Masa Prapaskah, yang mau dicapai melalui keheningan dan refleksi. Perayaan hari raya yang bernuansa sukacita ini di tengah masa pertobatan juga mau mengingatkan umat bahwa di tengah pengorbanan dan penderitaan selalu ada harapan dan rahmat Allah.
Santo Yusuf merupakan sosok Abraham versi Perjanjian Baru. Sebagaimana Abraham tidak memiliki dasar untuk berharap bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa, namun toh ia berharap dan percaya juga, Santo Yusuf pun senantiasa berharap dan percaya akan kehendak dan janji Allah yang hadir bahkan hanya melalui mimpi. Banyak orang bijaksana mengatakan bahwa mimpi adalah jendela antara realitas dan imajinasi, antara apa yang ada dan yang bisa ada.
Lalu, bagaimana Santo Yusuf bisa menafsirkan mimpinya secara tepat? Kita meyakini di dalam iman bahwa mimpi Santo Yusuf tentang kehadiran Yesus merupakan cara yang dipakai Allah untuk berbicara dengannya secara pribadi. Kemampuan Santo Yusuf dalam menangkap pesan Allah melalui mimpi sangat mengagumkan. Ia juga mampu mendengarkan suara Allah dalam hati nurani yang selalu menuntunnya.
Saudara-saudari yang terkasih, dalam hidup sehari-hari, kita menerima pesan-pesan Allah yang berguna bagi hidup kita. Namun, pesan-pesan itu sering kali berlalu dan tidak mampu kita tangkap dengan baik. Pertanyaan bagi kita hari ini: Apakah kita mampu menangkap pesan Allah dalam peristiwa hidup kita? Apakah kita mampu menangkap suara Allah yang berbicara di kedalaman hati kita?