Tidak Jauh dari Kerajaan Allah

Jumat, 28 Maret 2025 – Hari Biasa Pekan III Prapaskah

52

Markus 12:28b-34

Lalu seorang ahli Taurat datang kepada Yesus dan bertanya: “Hukum manakah yang paling utama?” Jawab Yesus: “Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama daripada kedua hukum ini.” Lalu kata ahli Taurat itu kepada Yesus: “Tepat sekali, Guru, benar kata-Mu itu, bahwa Dia esa, dan bahwa tidak ada yang lain kecuali Dia. Memang mengasihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan dengan segenap kekuatan, dan juga mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama daripada semua kurban bakaran dan kurban sembelihan.” Yesus melihat, bagaimana bijaksananya jawab orang itu, dan Ia berkata kepadanya: “Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah!” Dan seorang pun tidak berani lagi menanyakan sesuatu kepada Yesus.

***

Inti dari seluruh hukum Tuhan adalah kasih kepada Tuhan dan kasih kepada sesama. Hukum-hukum lainnya adalah perpanjangan dari dua perintah ini. Kasih kepada Tuhan bukanlah sekadar ritual keagamaan. Yesus mengajarkan bahwa kasih kepada Tuhan harus melibatkan hati, jiwa, budi, dan kekuatan.

Hati melambangkan pusat emosi, perasaan, dan motivasi. Mengasihi Tuhan dengan segenap hati berarti memiliki kasih yang tulus, murni, dan tidak bercabang. Dengan kata lain, Tuhan ditempatkan sebagai prioritas dalam hidup.

Jiwa mencerminkan identitas dan kepribadian. Mengasihi Tuhan dengan segenap jiwa berarti menyerahkan impian, keinginan, dan tujuan hidup kepada Tuhan. Dengan kata lain, hidup diserahkan sepenuhnya kepada-Nya.

Akal budi berkaitan dengan pikiran, pengetahuan, dan pemahaman. Mengasihi Tuhan dengan segenap akal budi berarti menggunakan pikiran untuk mengenal, memahami, dan merenungkan kehendak-Nya.

Kekuatan berkaitan dengan tenaga, kemampuan, dan segala sumber daya. Mengasihi Tuhan dengan segenap kekuatan berarti menggunakan setiap energi, waktu, dan talenta untuk kemuliaan-Nya, serta melayani Tuhan dengan tindakan nyata.

Pendek kata, dalam hukum yang pertama ini, kita dituntut untuk mengasihi Tuhan secara total tanpa syarat dan melibatkan seluruh aspek dalam hidup.

Sementara itu, kasih kepada sesama bukan hanya tentang perasaan simpati, melainkan juga tindakan nyata. Yesus tidak berkata agar kita mengasihi mereka yang berbuat baik kepada kita. Ia berkata, “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” Dalam mengasihi sesama ini perlu empati, yaitu memahami perasaan dan kebutuhan orang lain. Dengan memahami perasaan dan perspektif orang lain, komunikasi akan menjadi lebih bijak, dan hubungan juga terbangun lebih erat.

Dalam mengasihi sesama juga perlu dikembangkan sikap adil, jujur, dan hormat. Sikap adil ditunjukkan dengan memperlakukan semua orang dengan setara, tanpa diskriminasi. Sementara itu, kejujuran adalah dasar dari hubungan yang sehat dan baik, lepas dari kepentingan pribadi. Sikap hormat akan menciptakan hubungan yang harmonis dan menumbuhkan rasa saling menghargai. Sikap ini akan membantu dalam menerima perbedaan dan hidup berdampingan dengan damai.

Dengan demikian, menjadi jelas bahwa hukum yang kedua ini tidak cukup dilaksanakan hanya dengan kata-kata dan perasaan, tetapi menuntut sikap dan tindakan nyata.

Ahli Taurat itu setuju dengan jawaban Yesus dan menegaskan bahwa mengasihi Tuhan dan sesama lebih penting daripada kurban atau persembahan. Melihat pemahamannya yang benar, Yesus berkata, “Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah!” Tanggapan Yesus ini sangat menarik. Kalau pemahaman ahli Taurat ini benar, mengapa ia masih tidak jauh dari Kerajaan Allah? Mengapa ia belum mencapainya?

Ahli Taurat itu memahami inti hukum Tuhan dengan benar. Namun, pemahaman saja tidak cukup untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah. Meski tidak jauh, ia belum masuk ke dalamnya. Ia masih perlu percaya kepada Yesus sebagai Mesias dan Juru Selamat. Yesus mengundang ahli Taurat itu untuk melangkah lebih dalam, bukan hanya memahami hukum kasih, melainkan juga mengalami kasih Allah melalui Yesus sendiri.

Bagaimana dengan kita? Apakah kita sudah masuk ke dalam Kerajaan Allah?