Dengarlah Suara Yesus

Minggu, 11 Mei 2025 – Hari Minggu Paskah IV

26

Yohanes 10:27-30

“Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku, dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorang pun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku. Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih besar daripada siapa pun, dan seorang pun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa. Aku dan Bapa adalah satu.”

***

Bacaan Injil hari ini berbicara tentang relasi antara domba dan gembala. Dalam kehidupan bangsa Israel, domba merupakan salah satu harta yang penting. Kitab Kejadian 24:35 menyatakan bahwa Tuhan memberkati Abraham, sehingga ia menjadi kaya. Ia dikaruniai kambing domba dan lembu sapi, emas dan perak, budak laki-laki dan perempuan, unta dan keledai. Karena domba penting, mereka selalu dijaga dan dituntun oleh gembala. Seorang gembala bertanggung jawab atas kehidupan kawanan domba, bahkan dituntut untuk mempertaruhkan nyawa demi keselamatan mereka. Ia harus mencari domba yang hilang, serta merawat yang sakit dan terluka. Gembala juga perlu mengenal domba-dombanya.

Yesus menegaskan bahwa sebagai gembala, Ia mengenal domba-domba-Nya, dan sebaliknya, domba-domba mendengarkan suara-Nya. Ini adalah gambaran relasi timbal balik yang mendalam antara Yesus dan para murid-Nya. Yesus memiliki relasi personal dan mengenal secara pribadi orang-orang yang percaya kepada-Nya. Ia tahu kebutuhan dan keadaan mereka. Ia melindungi, menuntun, dan mengasihi mereka.

Sebaliknya, para murid merespons dengan mendengar suara-Nya. Mendengar suara Yesus berarti mengasihi dan percaya kepada-Nya. Mendengar suara Yesus juga berarti rendah hati dan taat pada segala yang diajarkan-Nya. Jika seseorang sungguh mendengar, menaati, dan melaksanakan firman Yesus, ia akan menerima hidup kekal dan tidak binasa. Tidak seorang pun dapat merebutnya dari tangan Yesus.

Kita diajak untuk terus membangun relasi pribadi yang akrab dengan Tuhan. Relasi pribadi itu dapat kita wujudkan melalui doa, devosi, membaca dan merenungkan Kitab Suci, mengikuti perayaan Ekaristi, serta aneka kegiatan rohani lainnya. Semua itu kita lakukan bukan sekadar sebagai ritunitas tanpa makna. Dengannya, kita belajar untuk menghayati dan mengamalkan firman Tuhan. Kita juga belajar untuk mendengarkan suara Tuhan dalam hidup harian kita. Suara Tuhan adalah suara keadilan, kebenaran, damai, dan cinta.