Bersatu dengan Pokok Anggur

Rabu, 21 Mei 2025 – Hari Biasa Pekan V Paskah

43

Yohanes 15:1-8

“Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya. Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah. Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu. Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar. Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya. Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku.”

***

Yesus memberi pesan kepada murid-murid-Nya, “Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu … Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya.” Sabda ini memberi gambaran bahwa relasi kita dengan Yesus itu seperti relasi ranting-ranting anggur dengan pokoknya. Ranting-ranting yang menyatu dengan pokok anggur akan terus berbuah dan tidak akan pernah menjadi kering.

Dalam Perjanjian Lama, pohon anggur sering juga dipakai untuk menggambarkan hubungan antara kaum Israel dan Tuhan, meskipun sedikit berbeda. Nabi Yesaya melihat Israel sebagai pohon anggur yang asam dan berkembang liar, padahal sudah dirawat oleh Tuhan dengan sebaik-baiknya. Sementara itu, Nabi Yeremia mengeluh bahwa bangsanya merosot menjadi pohon anggur yang palsu.

Dengan latar belakang itulah Yesus berkata, “Akulah pokok anggur yang benar.” Pokok anggur harus benar, tulen, dan sejati. Yesus dengan berkata demikian mau menyadarkan orang-orang Yahudi akan diri mereka yang sebenarnya. Mereka itu, terutama kaum Farisi, menganggap diri mereka sebagai ranting-ranting dari pokok anggur yang benar. Akan tetapi, seperti dikatakan oleh para nabi, kualitas mereka sebenarnya buruk dan merosot.

Yesus menegaskan bahwa Dia adalah pokok anggur yang benar. Orang yang memiliki iman dan kepercayaan kepada-Nya adalah ranting-ranting yang baik. Mereka akan diselamatkan oleh Allah melalui diri-Nya. Ranting anggur akan bertumbuh subur apabila bersatu dan menjalin hubungan kasih rohani yang mendalam dengan Yesus Kristus.

Kristus mengasihi semua orang yang percaya kepada-Nya, dan setiap orang yang mengasihi Kristus harus juga mengasihi sesamanya sebagai saudara. Gambaran yang indah ini dapat kita temukan pada Gereja perdana ketika menghadapi masalah (bacaan pertama hari ini, Kis. 15:1-6). Beberapa orang dari Yudea datang ke Antiokhia. Mereka mengajarkan bahwa setiap orang yang bertobat harus disunat seperti orang Yahudi. Paulus dan Barnabas dengan keras melawan dan membantah pendapat itu. Untuk menghindari perpecahan jemaat, Paulus dan Barnabas pergi kepada rasul-rasul di Yerusalem guna membicarakan soal itu. 

Kalau kita bayangkan sebuah pohon anggur, Yesus adalah pokoknya, para rasul adalah cabang-cabangnya, dan jemaat adalah ranting-rantingnya. Kisah di Antiokhia itu sangat indah karena pada masa pertumbuhan pohon anggur, perbedaan pendapat ternyata tidak membuat ranting lalu memisahkan diri dari pokok anggur. Pohon anggur Tuhan ini bertumbuh dalam semangat kasih untuk mengatasi segala persoalan-persoalan hidup bersama.