Mengandalkan Penyelenggaraan Bapa di Surga

Selasa, 12 Agustus 2025 – Hari Biasa Pekan XIX

53

Matius 18:1-5, 10, 12-14

Pada waktu itu datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya: “Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Surga?” Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka lalu berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga. Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Surga. Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku.”

“Ingatlah, jangan menganggap rendah seorang dari anak-anak kecil ini. Karena Aku berkata kepadamu: Ada malaikat mereka di surga yang selalu memandang wajah Bapa-Ku yang di surga.”

“Bagaimana pendapatmu? Jika seorang mempunyai seratus ekor domba, dan seekor di antaranya sesat, tidakkah ia akan meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di pegunungan dan pergi mencari yang sesat itu? Dan Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jika ia berhasil menemukannya, lebih besar kegembiraannya atas yang seekor itu daripada atas yang kesembilan puluh sembilan ekor yang tidak sesat. Demikian juga Bapamu yang di surga tidak menghendaki supaya seorang pun dari anak-anak ini hilang.”

***

Para murid bertanya tentang siapa yang terbesar dalam Kerajaan Allah. Mereka bertanya tentang posisi dan kuasa. Yesus justru menampilkan seorang anak kecil sebagai paradigma. Tidaklah biasa dalam budaya zaman itu untuk menampilkan anak kecil sebagai teladan. Sejak usia 12-13 tahun barulah seorang anak dihitung sebagai warga umat Allah, sehingga wajib menjalankan Taurat. Sebelum usia itu, mereka tidak diperhitungkan.

Kerajaan Allah yang dihadirkan Yesus justru berbeda: Ia merangkul manusia dari semua usia, juga mereka yang biasanya tidak diperhitungkan. Jemaat Kristus harus menyapa, menjangkau, melayani, serta memberdayakan semua manusia, terutama mereka yang selama ini kurang diperhitungkan. Seorang pun tidak boleh hilang, didiamkan, dan dilupakan!

Selain tidak diperhitungkan, anak kecil juga rapuh dan tidak berdaya. Mereka sepenuhnya bergantung pada orang tua. Karena itu, jawaban Yesus persis terbalik dari aspirasi dan pencarian para murid-Nya. Jemaat Tuhan hendaknya meninggalkan nafsu atau hasrat untuk berkuasa seperti mencari dan berebut kursi dan posisi. Mereka harus sepenuhnya mengandalkan perlindungan dan penyelenggaraan Bapa di surga. Justru itulah artinya menjadi yang terbesar dalam Kerajaan Surga.

Yesus bahkan menjadikan anak kecil sebagai model bagi diri dan misi, “Barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku.” Dengan menyambut seorang anak kecil, Yesus menjadi model bagi para murid. “Menyambut” menunjuk pada hospitalitas atau keramahtamahan sosial. Kita hendaknya mengikuti teladan Tuhan yang selalu terbuka dan ramah menerima siapa saja, khususnya mereka yang lemah dan tidak berdaya. Yesus juga menjadikan anak kecil sebagai model diri-Nya. Siapa saja yang menerima anak kecil sama saja menerima Dia. Kita semua dipanggil untuk menerima sesama yang rapuh dan lemah, dipanggil juga untuk bergantung sepenuhnya kepada kasih dan penyelenggaraan Bapa di surga!