
Matius 22:34-40
Ketika orang-orang Farisi mendengar, bahwa Yesus telah membuat orang-orang Saduki itu bungkam, berkumpullah mereka dan seorang dari mereka, seorang ahli Taurat, bertanya untuk mencobai Dia: “Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?” Jawab Yesus kepadanya: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.”
***
“Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.”
Kita mungkin pernah mendengar slogan ini: “Melayani dengan sepenuh hati.” Hati memang memiliki peran yang sangat penting. Orang tua tidak akan gembira kalau anaknya melaksanakan tugas tidak dengan sepenuh hati. Meskipun semua tugas dari orang tua dikerjakan olehnya, tidak akan baik kalau itu tidak dilakukan dengan sepenuh hati, tetapi malah dengan terpaksa, menggerutu, dan tidak ikhlas.
Ketika mendapat pertanyaan dari seorang ahli Taurat tentang hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat, Yesus menjawab “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” Kedua hukum ini boleh kita rangkum lagi dalam satu kata, yaitu kasih, kasih terhadap Allah dan kasih terhadap sesama manusia.
Kasih artinya melakukan segala sesuatu, baik kepada Allah maupun kepada sesama, dengan sepenuh hati, dengan hati yang tulus dan ikhlas, bukan sambil marah, jengkel, dan menggerutu. Kasih terhadap Allah, misalnya, diwujudkan dengan melaksanakan sepuluh firman Allah, khususnya tiga perintah yang pertama. Sementara itu, perintah Allah yang berikutnya, yaitu perintah keempat hingga kesepuluh dapat menjadi pedoman untuk mewujudkan kasih terhadap sesama.
Kisah tentang Rut dan Naomi dalam bacaan pertama hari ini (Rut 1:1,3-6,14b-16,22) menjadi salah satu contoh mengasihi sesama. Rut bisa saja memilih seperti yang dilakukan iparnya, yaitu meninggalkan Naomi, sang mertua, untuk kembali pulang ke rumahnya. Namun, dia tidak mau dan mengatakan, “Ke mana pun engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi.” Rut telah menunjukkan contoh kepada kita bagaimana kita bisa mencintai sesama dengan segenap hati, dengan segenap jiwa, dan dengan segenap akal budi. Semoga kita dapat mengamalkan ajaran kasih terhadap Allah dan terhadap sesama ini dalam hidup kita sehari-hari.