
Yohanes 19:25-27
Dan dekat salib Yesus berdiri ibu-Nya dan saudara ibu-Nya, Maria, istri Klopas dan Maria Magdalena. Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: “Ibu, inilah, anakmu!” Kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya: “Inilah ibumu!” Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya.
***
Kemarin, kita bersama-sama merenungkan salib. Hari ini, kita merenungkan Maria yang berdukacita. Pernahkah kita mengalami kedukaan? Saya rasa, kita semua pernah mengalami perasaan dan pengalaman berduka. Maria pada hari ini pun kita peringati sebagai bunda yang berdukacita atas salib yang diterima Putranya.
Dukacita bisa membuat kita hancur, jatuh, berjalan tanpa arah, dan bingung bagaimana caranya untuk melanjutkan hidup. Semua seakan patah tanpa harapan bisa pulih kembali. Yang dibutuhkan dalam keadaan seperti itu adalah sapaan, penerimaan, kata maaf, doa, dan pelukan agar kita bersama-sama bisa saling meneguhkan dan menguatkan.
Dalam bacaan Injil yang kita dengarkan hari ini, ada dialog hati antara Yesus, Maria, dan Yohanes. Di kayu salib, Yesus mengatakan, “Ibu, inilah anakmu!”dan, “Inilah ibumu!” Coba kita bayangkan adegan ini. Yesus dalam kesakitan-Nya masih memikirkan ibu dan para murid-Nya. Yesus bahkan menguatkan mereka untuk saling mendukung sebagai ibu dan anak: Maria sebagai ibu dari para rasul, dan para rasul sebagai anak dari Maria. Yesus sungguh memercayakan mereka semua untuk saling mendukung satu sama lain.
Inilah adegan indah dari bacaan Injil hari ini. Saling mendukung di dalam kesulitan adalah buah dari salib, lahir dari salib, dan merupakan perintah Yesus sendiri. Karena itu, jangan takut dan gentar untuk saling menemani, saling menguatkan, dan saling mendukung. Itulah buah dari salib yang dititipkan Tuhan kepada kita.