Memakai Harta Kekayaan

Minggu, 21 September 2025 – Hari Minggu Biasa XXV

14

Lukas 16:1-13

Dan Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: “Ada seorang kaya yang mempunyai seorang bendahara. Kepadanya disampaikan tuduhan, bahwa bendahara itu menghamburkan miliknya. Lalu ia memanggil bendahara itu dan berkata kepadanya: Apakah yang kudengar tentang engkau? Berilah pertanggungan jawab atas urusanmu, sebab engkau tidak boleh lagi bekerja sebagai bendahara. Kata bendahara itu di dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat? Tuanku memecat aku dari jabatanku sebagai bendahara. Mencangkul aku tidak dapat, mengemis aku malu. Aku tahu apa yang akan aku perbuat, supaya apabila aku dipecat dari jabatanku sebagai bendahara, ada orang yang akan menampung aku di rumah mereka. Lalu ia memanggil seorang demi seorang yang berutang kepada tuannya. Katanya kepada yang pertama: Berapakah utangmu kepada tuanku? Jawab orang itu: Seratus tempayan minyak. Lalu katanya kepada orang itu: Inilah surat utangmu, duduklah dan buat surat utang lain sekarang juga: Lima puluh tempayan. Kemudian ia berkata kepada yang kedua: Dan berapakah utangmu? Jawab orang itu: Seratus pikul gandum. Katanya kepada orang itu: Inilah surat utangmu, buatlah surat utang lain: Delapan puluh pikul. Lalu tuan itu memuji bendahara yang tidak jujur itu, karena ia telah bertindak dengan cerdik. Sebab anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya daripada anak-anak terang.

Dan Aku berkata kepadamu: Ikatlah persahabatan dengan mempergunakan Mamon yang tidak jujur, supaya jika Mamon itu tidak dapat menolong lagi, kamu diterima di dalam kemah abadi.”

“Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar. Jadi, jikalau kamu tidak setia dalam hal Mamon yang tidak jujur, siapakah yang akan mempercayakan kepadamu harta yang sesungguhnya? Dan jikalau kamu tidak setia dalam harta orang lain, siapakah yang akan menyerahkan hartamu sendiri kepadamu?

Seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.”

***

Seorang majikan memecat bendaharanya karena telah menghamburkan harta miliknya. Bendahara itu salah dalam mengurus harta majikannya. Kesalahan itu tidak ditampilkan secara jelas. Namun, kita bisa mengatakan bahwa alasannya adalah karena tidak jujur. Kesalahannya bukan semata-mata masalah ketidakpandaian dalam mengurus harta benda. Bendahara itu tampaknya menggunakan kecerdikannya untuk mendapatkan banyak keuntungan bagi dirinya sendiri. Karena itu, dia dipecat. Dia tidak boleh bekerja lagi sebagai bendahara dan harus membuat laporan utang piutang terakhir kepada majikannya.

Setelah diberitahukan bahwa dirinya dipecat, bendahara itu memikirkan apa yang harus diperbuat dalam waktu yang tersisa. Ia tidak menyesali perbuatannya, tetapi hanya berkeluh kesah dalam hati. Dia tidak memiliki banyak jalan untuk bisa bertahan hidup. Lalu, dicarinya suatu cara supaya ada orang yang mau menampungnya setelah pemecatan itu. Dia mengambil hati orang yang berutang dengan menghapus bagian utang yang merupakan jatah bagi dirinya sendiri. Dengan cara itu, dia mendapat sahabat-sahabat yang akan membuka pintu baginya ketika dikeluarkan dari pekerjaannya.

Tindakan bendahara tersebut mendapat pujian dari sang majikan, sebab dengan itu, dia bertindak cerdik. Dia memakai kekayaan yang ada dalam kekuasaannya untuk menjamin masa depannya. Dia lihai memakai waktu yang begitu mendesak guna melakukan suatu tindakan yang tepat.

Dengan perumpamaan ini, kita dipanggil untuk bertindak secara bijaksana dalam memakai harta kekayaan yang berada di bawah kontrol kita demi menjamin masa depan kita. Harta kekayaan tidak boleh menjadi Tuhan dalam hidup kita, dan kita tidak boleh diperbudak olehnya. Bagaimana kita memperlakukan harta kekayaan yang dititipkan Tuhan kepada kita?

Pada saat-saat tertentu dalam hidup, kita sering kali menghadapi situasi yang sulit dan menakutkan seperti yang dialami oleh bendahara yang tidak jujur itu ketika dipecat. Pada saat-saat seperti itu, apakah kita bersandar pada Tuhan? Apakah kita percaya bahwa Tuhan akan memberikan kita kesempatan lain? Ingat dan sadarilah bahwa Tuhan selalu memberi kita kesempatan lain! Tugas kita adalah percaya bahwa Tuhan tidak akan pernah meninggalkan kita.