Ruang Aman

Senin, 10 November 2025 – Peringatan Wajib Santo Leo Agung

20

Lukas 17:1-6

Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: “Tidak mungkin tidak akan ada penyesatan, tetapi celakalah orang yang mengadakannya. Adalah lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya, lalu ia dilemparkan ke dalam laut, daripada menyesatkan salah satu dari orang-orang yang lemah ini. Jagalah dirimu! Jikalau saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia, dan jikalau ia menyesal, ampunilah dia. Bahkan jikalau ia berbuat dosa terhadap engkau tujuh kali sehari dan tujuh kali ia kembali kepadamu dan berkata: Aku menyesal, engkau harus mengampuni dia.”

Lalu kata rasul-rasul itu kepada Tuhan: “Tambahkanlah iman kami!” Jawab Tuhan: “Kalau sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja, kamu dapat berkata kepada pohon ara ini: Terbantunlah engkau dan tertanamlah di dalam laut, dan ia akan taat kepadamu.”

***

“Adalah lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya, lalu ia dilemparkan ke dalam laut, daripada menyesatkan salah satu dari orang-orang yang lemah ini.”

Paus Fransiskus akan selalu dikenang karena membawa budaya aman dalam kesadaran kita semua. Gereja mengusahakan pertobatan yang sungguh-sungguh karena telah menimbulkan luka yang mendalam ketika tidak mampu menciptakan ruang aman bagi anak-anak, perempuan, dan laki-laki untuk bisa bertumbuh menjadi pribadi yang utuh.

Tema budaya aman menjadi tema yang sepi dan tidak banyak dibicarakan. Gegap gempita undang-undang tentang tindak pidana kekerasan seksual, misalnya, hanya berlangsung sesaat, kemudian senyap. Mengapa budaya aman menjadi sesuatu yang tidak menarik untuk dibicarakan? Sebab, budaya aman menuntut perubahan konkret dan serius dalam hidup kita. Budaya aman menuntut perubahan mental, cara berpikir, berbicara, dan berperilaku. Keseluruhan aspek kehidupan harus mampu mencerminkan kehadiran budaya aman. Ini tantangan yang tidak mudah.

Dua bulan yang lalu, bersama Yayasan Yekti Angudi Piadeging Hukum Indonesia (YAPHI) di Surakarta, saya memberi pelatihan untuk para penggiat kelurahan dan berbagai elemen Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) untuk membangun budaya aman. Para peserta yang berasal dari unit-unit terkecil di kalangan masyarakat  memiliki semangat untuk membawa budaya aman dalam kehidupan sehari-hari. Budaya aman menjadi kerinduan terdalam bagi banyak orang.

Yesus adalah teladan pribadi yang aman. Banyak orang mencari dan ingin dekat dengan Yesus karena mereka menemukan rasa aman. Identitas kita sebagai orang kristiani tidak terlepas dari budaya aman. Panggilan kita adalah menghadirkan ruang-ruang aman yang membawa pertumbuhan.

Kita mohon rahmat agar budaya aman dan ruang aman menjadi fokus perhatian dalam kehidupan kita sehari-hari.