Gereja sebagai Rumah Doa

Jumat, 21 November 2025 – Peringatan Wajib Santa Perawan Maria Dipersembahkan kepada Allah

19

Lukas 19:45-48

Lalu Yesus masuk ke Bait Allah dan mulailah Ia mengusir semua pedagang di situ, kata-Nya kepada mereka: “Ada tertulis: Rumah-Ku adalah rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun.”

Tiap-tiap hari Ia mengajar di dalam Bait Allah. Imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat serta orang-orang terkemuka dari bangsa Israel berusaha untuk membinasakan Dia, tetapi mereka tidak tahu, bagaimana harus melakukannya, sebab seluruh rakyat terpikat kepada-Nya dan ingin mendengarkan Dia.

***

Di salah satu gereja Katolik di Jakarta, di bagian atas pintu masuk utama, terdapat tulisan: “Rumah Allah dan Pintu Surga”. Pada bagian dalam, ada tulisan: “Sit Deus in itinere tuo”, yang berarti: “Tuhan berjalan bersamamu”. Tulisan yang pertama menyadarkan umat bahwa mereka sedang memasuki rumah Allah yang membawa mereka ke surga. Setelah itu, orang akan dikuatkan oleh tulisan kedua, bahwa Allah akan menemani mereka dalam perjalanan hidup. Dengan demikian, orang yang datang ke dalam rumah Allah tidak perlu takut. Gereja harus menjadi rumah aman, rumah yang menyenangkan, dan rumah damai bagi umat karena mereka berjumpa dengan Tuhan. Itulah makna kehadiran Gereja, yakni membawa manusia semakin dekat dengan Allah dan surga-Nya.

Yesus mengalami bahwa Bait Allah di Yerusalem sudah kehilangan fungsi utamanya sebagai tempat Allah bersemayam dan tempat perjumpaan antara manusia dan Allah yang menyelamatkan. Bait Allah telah menjadi sarang penyamun, tempat terjadinya praktik-praktik korup dan jahat. Bait Allah telah menjadi pusat perdagangan, bukan lagi tempat kerohanian manusia ditumbuhkembangkan. Para petugas Bait Allah mengambil untung dari bisnis tersebut. Tempat di mana kesucian harus dibangun dan dijaga berubah menjadi markas kelicikan dan praktik-praktik kotor.

Aturan-aturan yang tidak adil dan korup serta memberatkan umat sengaja dibuat oleh para pengurus Bait Allah agar mereka dapat menarik keuntungan bagi diri mereka sendiri. Umat diwajibkan datang ke Bait Allah, membawa persembahan-persembahan yang harus dibeli dari pasar di Bait Allah itu agar mendapat “sertifikat halal”. Itu sebabnya Yesus marah dan mengusir para pedagang di situ. Tindakan Yesus adalah tindakan simbolis untuk menegur para penjual dan terutama para penguasa Bait Allah agar mengembalikan fungsi asali Bait Allah di Yerusalem.

Gereja harus menyadari dan berbenah diri agar tetap pada fungsi utamanya sebagai sarana bagi umat Allah untuk bertemu dengan Tuhan, dan kembali dengan keyakinan bahwa mereka dicintai Allah. Gereja harus menjadi rumah aman bagi umat Allah. Kasus-kasus pelecehan seksual yang dilakukan oleh pemimpin Gereja, praktik-praktik korupsi oleh pimpinan Gereja, baik oleh imam ataupun dewannya, menyebabkan Gereja tidak lagi menjadi rumah damai. Orang tidak mengalami keselamatan, tetapi justru ketakutan dan keengganan untuk datang berjumpa dengan Bapa.

Gereja adalah rumah doa, tempat orang merasa nyaman untuk berdoa dan percaya bahwa doanya didengarkan. Ketika dalam Gereja terjadi praktik-praktik yang tidak benar, terutama oleh imam dan/atau pimpinan-pimpinan umat, kepercayaan umat Allah terhadap kesucian Gereja akan luntur. Gereja adalah tempat di mana jiwa menemukan ketenangan, sukacita, dan optimisme.