
Lukas 21:1-4
Ketika Yesus mengangkat muka-Nya, Ia melihat orang-orang kaya memasukkan persembahan mereka ke dalam peti persembahan. Ia melihat juga seorang janda miskin memasukkan dua peser ke dalam peti itu. Lalu Ia berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak daripada semua orang itu. Sebab mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya.”
***
Pada masa itu, peranan dan kedudukan laki-laki di kalangan masyarakat Yahudi sangat dominan. Perempuan dan anak-anak hanyalah warga kelas dua, apalagi janda. Tidak lagi didampingi suami membuat para janda tidak mempunyai pelindung. Posisi mereka rapuh, sehingga sering menjadi korban ketidakadilan. Ironis, pelakunya antara lain adalah sejumlah ahli Taurat yang dengan tega “menelan” rumah-rumah mereka (Luk. 20:47).
Yesus dalam kesempatan ini justru menjadikan janda sebagai teladan terhormat. Persembahan seorang janda sebanyak dua keping uang tembaga dipuji oleh-Nya. Meski nilainya kecil dan tidak berarti, persembahan itu adalah bukti kemurahan hati janda tersebut, sebab itulah seluruh miliknya. Dengan demikian, janda tersebut menunjukkan kasihnya yang utuh dan total kepada Tuhan dan sesama. Bukankah itu adalah hukum yang paling utama (Luk. 10:27)?
Karena itu, janganlah kita menilai seseorang berdasarkan apa yang tampak atau berdasarkan statusnya semata. Meskipun di luar tampak saleh, belum tentu hatinya seputih kapas. Dalam kisah ini, yang memahami dan melaksanakan kehendak Tuhan ternyata adalah seorang janda, anggota masyarakat yang disepelekan dan dianggap remeh. Orang-orang terpandang, dalam hal ini para ahli Taurat dan orang-orang kaya, harus belajar darinya.
Tindakan janda ini agaknya dimaksudkan pula melambangkan tindakan Yesus sendiri yang rela mempersembahkan diri-Nya secara utuh untuk memenuhi kehendak Bapa. Ia menghendaki kita melakukan hal yang sama. Kita mungkin sering bersedekah dan sudah mempersembahkan uang yang begitu banyak kepada Gereja. Namun, mari kita bertanya kepada diri kita masing-masing, sudahkah kita mempersembahkan seluruh hidup kita kepada Tuhan? Itulah kiranya persembahan yang terbaik dan yang paling berkenan di hadapan-Nya.










