Bibir yang Bersih untuk Memanggil Nama Tuhan

Selasa, 16 Desember 2025 – Hari Biasa Pekan III Adven

38

Zefanya 3:1-2,9-13

Celakalah si pemberontak dan si cemar, hai kota yang penuh penindasan! Ia tidak mau mendengarkan teguran siapa pun dan tidak mempedulikan kecaman; kepada TUHAN ia tidak percaya dan kepada Allahnya ia tidak menghadap.

“Tetapi sesudah itu Aku akan memberikan bibir lain kepada bangsa-bangsa, yakni bibir yang bersih, supaya sekaliannya mereka memanggil nama TUHAN, beribadah kepada-Nya dengan bahu-membahu. Dari seberang sungai-sungai negeri Etiopia orang-orang yang memuja Aku, yang terserak-serak, akan membawa persembahan kepada-Ku. Pada hari itu engkau tidak akan mendapat malu karena segala perbuatan durhaka yang kaulakukan terhadap Aku, sebab pada waktu itu Aku akan menyingkirkan darimu orang-orangmu yang ria congkak, dan engkau tidak akan lagi meninggikan dirimu di gunung-Ku yang kudus. Di antaramu akan Kubiarkan hidup suatu umat yang rendah hati dan lemah, dan mereka akan mencari perlindungan pada nama TUHAN, yakni sisa Israel itu. Mereka tidak akan melakukan kelaliman atau berbicara bohong; dalam mulut mereka tidak akan terdapat lidah penipu; ya, mereka akan seperti domba yang makan rumput dan berbaring dengan tidak ada yang mengganggunya.”

***

Nabi Zefanya menyampaikan kecaman terhadap Yerusalem dan penduduknya. Ia menyebut kota itu sebagai kota yang penuh penindasan. Disebut demikian karena para penguasanya berlaku jahat dengan menindas rakyatnya. Orang-orang yang memiliki kekuatan ekonomi pun menindas orang-orang yang lemah. Tuhan sudah menegur mereka melalui para nabi, tetapi mereka tidak mau mendengarkan. Tindakan jahat yang mereka lakukan terhadap sesama itu menunjukkan bahwa mereka tidak percaya kepada Tuhan dan tidak mau menyembah-Nya.

Akan tetapi, sesudah itu Tuhan akan memberikan bibir yang bersih kepada bangsa-bangsa lain supaya mereka memanggil nama-Nya dan beribadah kepada-Nya. Orang-orang yang memuja Tuhan akan membawa persembahan kepada-Nya. Yang membedakan manusia yang satu dari manusia yang lain itu bukanlah bangsa atau sukunya, melainkan sikap yang terungkap dalam kata dan perbuatan. Orang-orang yang datang dari negeri yang jauh itu jelas bukan orang Yahudi, bukan anggota umat Allah, tetapi mereka beribadah dan menyembah Allah, membawa persembahan sebagai tanda penghormatan kepada Allah, dan dengan bibir mereka yang bersih itu mereka akan memanggil nama Tuhan.

Lalu, bagaimana nasib umat Tuhan sendiri? Tuhan akan menyingkirkan dari antara umat-Nya orang-orang yang durhaka dan congkak. Mereka tidak layak menjadi anggota umat Allah karena sikap mereka yang congkak dan jahat. Hanya orang benar yang layak menjadi bagian umat Allah. Dengan cara demikian, Allah membersihkan umat-Nya dari orang-orang jahat. Yang tertinggal sebagai umat-Nya itu disebut sisa Israel. Mereka adalah orang-orang yang rendah hati, lemah, dan mencari perlindungan pada Tuhan. Orang-orang yang rendah hati itu akan hidup benar. Mereka tidak akan melakukan kelaliman, tidak berbicara bohong, dan tidak memiliki lidah penipu.

Orang-orang majus menempuh perjalanan yang sangat panjang ke Betlehem untuk menyampaikan persembahan mereka kepada Yesus. Persembahan yang mereka bawa itu mengungkapkan isi hati mereka, yakni mengakui kanak-kanak Yesus sebagai raja. Mereka merendahkan diri di hadapan seorang kanak-kanak yang mereka yakini sebagai raja. Dari mana mereka sampai pada pengakuan ini? Tuhan sendirilah yang menuntun mereka, sehingga mereka dapat sampai ke Betlehem, ke tempat Yesus tinggal. Demikianlah, sebagaimana disampaikan oleh Nabi Zefanya, Allah memberikan bibir yang bersih kepada bangsa-bangsa supaya mereka memanggil nama-Nya dan beribadah kepada-Nya.