Kubur Tanpa Tanda

Rabu, 13 Oktober 2021 – Hari Biasa Pekan XXVIII

222

Lukas 11:42-46

“Tetapi celakalah kamu, hai orang-orang Farisi, sebab kamu membayar persepuluhan dari selasih, inggu dan segala jenis sayuran, tetapi kamu mengabaikan keadilan dan kasih Allah. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan. Celakalah kamu, hai orang-orang Farisi, sebab kamu suka duduk di tempat terdepan di rumah ibadat dan suka menerima penghormatan di pasar. Celakalah kamu, sebab kamu sama seperti kubur yang tidak memakai tanda; orang-orang yang berjalan di atasnya, tidak mengetahuinya.”

Seorang dari antara ahli-ahli Taurat itu menjawab dan berkata kepada-Nya: “Guru, dengan berkata demikian, Engkau menghina kami juga.” Tetapi Ia menjawab: “Celakalah kamu juga, hai ahli-ahli Taurat, sebab kamu meletakkan beban-beban yang tak terpikul pada orang, tetapi kamu sendiri tidak menyentuh beban itu dengan satu jari pun.”

***

Orang Farisi merupakan kelompok keagamaan dalam masyarakat Yahudi yang sangat taat kepada hukum Taurat. Terdorong oleh keinginan untuk setia pada hukum Tuhan, mereka berusaha untuk menjalaninya seteliti mungkin. Mereka pun menerima peraturan-peraturan tambahan yang dibuat sebagai tuntunan untuk menjalankannya. Kebanyakan ahli Taurat berasal dari golongan ini dan ajaran mereka memiliki pengaruh kuat dalam masyarakat Yahudi pada umumnya.

Namun, hari ini Yesus menyampaikan kecaman keras terhadap mereka. Mereka merasa bertindak sebagai orang-orang yang menaati hukum Taurat, dan karena ketaatan itu, mereka merasa lebih baik daripada semua orang lain. Yesus menyebut mereka “celaka” karena tiga hal yang mereka lakukan.

Pertama, mereka merasa sudah cukup melakukan perintah Allah dengan mempersembahkan persepuluhan. Akibatnya, mereka mengabaikan perintah Allah yang lebih utama, yaitu melakukan yang adil terhadap sesama dan mengasihi-Nya. Seharusnya yang mereka lakukan adalah melaksanakan semuanya: Menyampaikan persembahan kepada Allah, mengasihi-Nya, dan berlaku adil terhadap sesama.

Kedua, karena merasa diri sebagai orang-orang yang taat kepada hukum Taurat dan dekat dengan Allah, mereka merasa lebih tinggi dari orang-orang yang lain. Di sisi lain, masyarakat memang memperlakukan orang Farisi secara istimewa. Mereka menikmati hal itu dan biasa duduk di tempat terbaik di rumah ibadat. Mereka juga menikmati bila orang-orang memberikan penghormatan mereka di hadapan orang banyak. 

Ketiga, mereka sebenarnya mempunyai banyak kesalahan, tetapi menyembunyikannya seolah-olah mereka ini orang suci. Orang Yahudi bergaul dengan orang Farisi karena menganggap mereka suci dan dekat dengan Allah. Dengan bergaul dengan orang Farisi, masyarakat yakin akan menjadi suci seperti mereka. Namun, kenyataannya tidaklah demikian. Dengan menyebut mereka seperti kubur yang tidak memakai tanda, Yesus menyatakan bahwa orang yang mendekati orang Farisi mencemarkan dirinya sendiri, bahkan dapat mengikuti kesalahan yang mereka lakukan. Bagi orang Yahudi, kubur adalah tempat yang najis, dan orang yang berjalan di atas kubur menjadi najis (Bil. 19:16). Karena itu, kuburan diberi tanda supaya orang menjauhinya dan tidak berjalan di atasnya. Kuburan yang tidak diberi tanda bisa membuat orang tanpa sadar dan tanpa sengaja menajiskan dirinya sendiri.

Kebaikan dan keburukan yang kita lakukan dapat mempengaruhi sesama yang mempunyai hubungan dengan kita. Yesus mengingatkan agar para pengikut-Nya tidak berlaku seperti orang Farisi, yang mengabaikan keadilan terhadap sesama dan kasih terhadap Allah, yang suka mendapatkan penghormatan, dan membuat orang lain berbuat salah. Para pengikut Yesus dipanggil untuk menjaga kemurnian hati supaya dapat mengabdi Tuhan dengan segenap hati.