Barnabas, Anak Penghiburan

Selasa, 11 Juni 2019 – Peringatan Wajib Santo Barnabas

871

Kisah Para Rasul 11:21b-26; 13:1-3  

Sejumlah besar orang menjadi percaya dan berbalik kepada Tuhan.

Maka sampailah kabar tentang mereka itu kepada jemaat di Yerusalem, lalu jemaat itu mengutus Barnabas ke Antiokhia. Setelah Barnabas datang dan melihat kasih karunia Allah, bersukacitalah ia. Ia menasihati mereka, supaya mereka semua tetap setia kepada Tuhan, karena Barnabas adalah orang baik, penuh dengan Roh Kudus dan iman. Sejumlah orang dibawa kepada Tuhan. Lalu pergilah Barnabas ke Tarsus untuk mencari Saulus; dan setelah bertemu dengan dia, ia membawanya ke Antiokhia. Mereka tinggal bersama-sama dengan jemaat itu satu tahun lamanya, sambil mengajar banyak orang. Di Antiokhialah murid-murid itu untuk pertama kalinya disebut Kristen.

Pada waktu itu dalam jemaat di Antiokhia ada beberapa nabi dan pengajar, yaitu: Barnabas dan Simeon yang disebut Niger, dan Lukius orang Kirene, dan Menahem yang diasuh bersama dengan raja wilayah Herodes, dan Saulus.

Pada suatu hari ketika mereka beribadah kepada Tuhan dan berpuasa, berkatalah Roh Kudus: “Khususkanlah Barnabas dan Saulus bagi-Ku untuk tugas yang telah Kutentukan bagi mereka.” Maka berpuasa dan berdoalah mereka, dan setelah meletakkan tangan ke atas kedua orang itu, mereka membiarkan keduanya pergi.

***

Bacaan pertama hari ini berkisah tentang Barnabas yang diutus jemaat untuk pergi ke Antiokhia. Yang menarik, nama asli Barnabas sebenarnya adalah Yusuf, dan dia ini seorang Lewi yang berasal dari Siprus (Kis. 4:36). Barnabas adalah julukan yang diberikan oleh para rasul kepadanya, yang berarti “anak penghiburan.” Mengapa ia diberi julukan demikian? Alasannya tentu saja karena kehadiran Yusuf di tengah para rasul senantiasa mendatangkan penghiburan bagi komunitas tersebut.

Julukan sebagai “anak penghiburan” sungguh dihidupi oleh Barnabas dalam perannya mewartakan Kristus bersama para rasul lainnya, terlebih dalam menjalankan tugas perutusan di Antiokhia. Antiokhia adalah kota ketiga terbesar di wilayah kekaisaran Romawi. Penduduknya heterogen, sebagian besar orang Yunani. Meskipun berlatar belakang Yahudi, Barnabas dipercaya oleh teman-temannya untuk menghadapi masalah-masalah yang mungkin timbul di Antiokhia yang berkebudayaan Yunani. Ia dipandang mampu menangani itu semua karena biasa bersikap terbuka dan memiliki wawasan yang jauh ke depan.

Di Antiokhia inilah untuk pertama kali jemaat disebut Kristen. Tampaknya hal itu tidak lepas dari reksa pastoral yang dikerjakan oleh Barnabas. Dalam ungkapan penyusun Kisah Para Rasul, Barnabas disebut “orang yang baik, penuh dengan Roh Kudus dan iman.” Orang disebut baik antara lain kalau ia mampu menghargai, terbuka, dan menerima hal-hal baru yang belum pernah ia bayangkan atau ia pikirkan sebelumnya. Orang disebut penuh Roh Kudus dan iman kalau ia mempercayakan diri kepada penyelenggaraan ilahi, yang sering kali menuntun dirinya ke tempat yang tidak ia bayangkan atau ia kehendaki. Sifat-sifat demikian tampak dalam pribadi Barnabas ketika dirinya menjalankan tugas yang ia terima dari pemimpin Gereja di Yerusalem. Oleh karena ketiga karakter kuat Barnabas tersebut, sejumlah orang tergerak hatinya dan kemudian beriman kepada Tuhan.

Barnabas merawat jemaat Antiokhia bersama dengan Saulus. Bersama-sama, mereka berdua menggembalakan, mengajar, dan menyucikan jemaat. Akan tetapi, Barnabas dan Saulus tidak seterusnya menetap di Antiokhia. Karena ada banyak pemuka jemaat yang bisa diandalkan, mereka kemudian pergi meninggalkan kota itu untuk mewartakan Kristus di tempat lain. Dengan demikian, ada yang khas di Antiokhia, yakni adanya kader penerus, sehingga tidak tergantung pada kedua rasul tersebut.

Setiap orang yang dipenuhi Roh Kudus hidupnya pasti menghasilkan buah-buah iman. Barnabas adalah tokoh yang patut kita teladani hari ini. Karena hidupnya penuh dengan Roh Kudus, banyak buah iman dihasilkan oleh Barnabas dari karya pelayanannya di Antiokhia. Bagaimana dengan kita?