Kuasa Kasih sebagai Dasar Pelayanan

Senin, 14 Desember 2020 – Peringatan Wajib Santo Yohanes dari Salib

183

Matius 21:23-27

Lalu Yesus masuk ke Bait Allah, dan ketika Ia mengajar di situ, datanglah imam-imam kepala serta tua-tua bangsa Yahudi kepada-Nya, dan bertanya: “Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu? Dan siapakah yang memberikan kuasa itu kepada-Mu?” Jawab Yesus kepada mereka: “Aku juga akan mengajukan satu pertanyaan kepadamu dan jikalau kamu memberi jawabnya kepada-Ku, Aku akan mengatakan juga kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu. Dari manakah baptisan Yohanes? Dari surga atau dari manusia?” Mereka memperbincangkannya di antara mereka, dan berkata: “Jikalau kita katakan: Dari surga, Ia akan berkata kepada kita: Kalau begitu, mengapakah kamu tidak percaya kepadanya? Tetapi jikalau kita katakan: Dari manusia, kita takut kepada orang banyak, sebab semua orang menganggap Yohanes ini nabi.” Lalu mereka menjawab Yesus: “Kami tidak tahu.” Dan Yesus pun berkata kepada mereka: “Jika demikian, Aku juga tidak mengatakan kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu.”

***

Yesus tampil di depan orang banyak dengan penuh wibawa. Banyak orang memutuskan untuk menjadi pengikut-Nya, baik karena mukjizat yang dilakukan-Nya, maupun karena pengajaran yang disampaikan-Nya. Menyaksikan hal itu, para pemuka agama Yahudi merasa terusik. Mereka lalu mempertanyakan kuasa yang dimiliki Yesus dan siapa yang memberikan kuasa itu kepada-Nya. Mereka sesungguhnya tahu dan sadar dari mana kuasa tersebut berasal, tetapi tidak mau mengakuinya.

Kuasa yang dinyatakan Yesus dalam bacaan Injil hari ini adalah kuasa yang membawa berkat bagi orang lain. Kuasa ini menghidupkan dan membawa penyembuhan bagi mereka yang hidup dalam ketidakberdayaan dan rasa sakit. Kuasa yang ada pada Yesus adalah kuasa untuk melayani dalam kasih yang tulus.

Belajar dari kisah ini, dapat kita renungkan bahwa Yesus sungguh ingin agar kita pun dapat membawa penyembuhan dan kehidupan bagi orang lain dengan kuasa yang ada dalam diri kita. Kuasa yang dimaksud adalah kuasa untuk melayani dalam kasih. Tuhan telah menanamkan kuasa itu di dalam diri kita masing-masing, melalui potensi dan karunia yang kita miliki. Mari kita renungkan: Sudahkah kita menggunakan kuasa itu untuk melayani dalam kasih? Ataukah kita seperti para pemuka agama dalam kisah ini, yang tahu dari mana kuasa itu berasal tetapi tidak mengakuinya, sehingga tidak membuahkan hal-hal yang baik untuk diri sendiri dan sesama?

Marilah kita berdoa, “Ya Tuhan, bukalah hati kami akan kuasa kasih-Mu yang menghidupkan, sehingga kami pun dapat menjadi berkat bagi sesama.”