Apa yang Kamu Cari?

Kamis, 4 Januari 2018 – Hari Biasa Natal

849

Yohanes 1:35-42

Pada keesokan harinya Yohanes berdiri di situ pula dengan dua orang muridnya. Dan ketika ia melihat Yesus lewat, ia berkata: “Lihatlah Anak domba Allah!” Kedua murid itu mendengar apa yang dikatakannya itu, lalu mereka pergi mengikut Yesus. Tetapi Yesus menoleh ke belakang. Ia melihat, bahwa mereka mengikut Dia lalu berkata kepada mereka: “Apakah yang kamu cari?” Kata mereka kepada-Nya: “Rabi (artinya: Guru), di manakah Engkau tinggal?” Ia berkata kepada mereka: “Marilah dan kamu akan melihatnya.” Mereka pun datang dan melihat di mana Ia tinggal, dan hari itu mereka tinggal bersama-sama dengan Dia; waktu itu kira-kira pukul empat. Salah seorang dari keduanya yang mendengar perkataan Yohanes lalu mengikut Yesus adalah Andreas, saudara Simon Petrus. Andreas mula-mula bertemu dengan Simon, saudaranya, dan ia berkata kepadanya: “Kami telah menemukan Mesias (artinya: Kristus).” Ia membawanya kepada Yesus. Yesus memandang dia dan berkata: “Engkau Simon, anak Yohanes, engkau akan dinamakan Kefas (artinya: Petrus).”

***

Hari ini Yesus bertanya kepada dua orang yang kedapatan berjalan mengikuti-Nya. Ia bertanya, “Apa yang kamu cari?” Pertanyaan ini sederhana, namun menuntut kedalaman. Pertanyaan ini kesannya sepele, namun menggiring orang untuk mencari jawaban yang tidak hanya ala kadarnya.

Yesus ingin siapa pun yang mengikuti-Nya sampai pada kedalaman. Ia menghendaki agar siapa pun yang ingin menjadi pengikut-Nya tidak hanya sekadar berjalan mengikuti diri-Nya tanpa mengerti arah dan tujuan. Karena itulah kepada para calon murid-Nya itu Yesus bertanya “Apa yang kamu cari?”

Pertanyaan yang sama ditujukan kepada kita. “Apakah yang kamu cari?” Setelah kita berjalan ratusan atau ribuan kilo; setelah kita hidup mapan di suatu tempat selama puluhan tahun; atau mungkin setelah kita hidup bersama dengan pasangan yang kita cintai selama berpuluh tahun; pernahkah kita bertanya: “Apakah yang kamu cari?”

Tidak banyak orang sadar akan pentingnya pertanyaan sepele ini. Mungkin juga tidak banyak yang merasa perlu untuk mempertanyakannya kepada diri sendiri ataupun kepada orang lain. Singkat kata, pertanyaan ini bukanlah pertanyaan populer. Lebih mudah bagi kita untuk bertanya hal yang sifatnya basa-basi seperti misalnya “apa kabar” atau “apa sudah makan” daripada yang membuat orang berpikir. Hal ini barangkali pula menjadi tanda bahwa kita lebih suka berbasa-basi, lebih suka yang superfisial daripada yang mampu mengantarkan kita sampai ke kedalaman.

Yesus mengajak kita untuk sampai ke kedalaman. Non multa sed multum, kata peribahasa Latin. “Tidak perlu banyak, yang penting berarti,” begitu kira-kira terjemahannya. Yesus tidak meminta para murid-Nya agar bisa ini dan itu, punya kemampuan ini dan itu, ahli di bidang ini dan itu. Yesus hanya ingin agar mereka semua sampai ke kedalaman. Yesus mau agar mereka tidak hanya sekadar berjalan. Yesus mau agar mereka bekerja, tetapi tidak hanya bekerja. Yesus mau agar mereka melayani, tetapi tidak hanya sekadar melayani. Yesus mau agar para murid-Nya menemukan arti dan makna atas semua yang telah mereka lakukan.

Sekarang Yesus bertanya kepada kita, “Apa yang kamu cari dalam hidupmu sekarang ini?” Jawaban apa yang akan kita berikan kepada-Nya?