Panggilan Kristiani

Jumat, 4 Mei 2018 – Hari Biasa Pekan V Paskah

324

Yohanes 15:12-17

“Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu. Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku. Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu. Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain.”

***

“Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu.” Wow! Kata itulah yang terlontar ketika saya merenungkan perkataan Yesus ini. Mengapa? Selama ini saya berpikir bahwa iman itu pilihan; ternyata iman itu dipilih! Selama ini saya selalu berpikir tentang mencari Tuhan; realitanya Tuhanlah yang mencari dan menemukan saya. Luar biasa bukan? Saya dan Anda yang biasa-biasa saja ini ternyata dipilih dan dicari oleh Tuhan.

Untuk apa Tuhan memilih saya dan Anda?

Dipilih untuk bersukacita

Panggilan kristiani adalah panggilan sukacita. Kita dipilih Tuhan untuk berziarah di dunia ini dalam sukacita-Nya dan untuk mencapai sukacita kekal. Karena itu, setiap orang Kristen layak dan sepatutnya dijuluki “manusia sukacita.” Tuhan memilih kita agar kita memperoleh sukacita-Nya karena Dialah sumber utama sukacita.

Dipilih untuk dicintai dan mencintai

Kehidupan di dunia diwarnai kompetisi, percekcokan, dan perselisihan satu sama lain. Panggilan kristiani bukanlah untuk menjadi pemenang dalam medan kompetisi tersebut, tetapi untuk membawa cinta kasih. Tuhan memilih kita untuk dicintai oleh Dia yang bahkan merelakan nyawa-Nya untuk kita. Cinta kasih yang Dia berikan bukan hanya untuk diri kita sendiri, tetapi juga kita bagikan kepada banyak orang.

Dipilih untuk menjadi sahabat dan partner

Yesus menggunakan perbandingan kata “sahabat” dengan “hamba.” Hamba dipahami sebagai orang yang tidak memiliki kedudukan setara. Ada jurang dalam relasi antara hamba dan tuannya. Sahabat adalah orang yang setara dan memiliki hubungan yang dekat. Yesus memilih dan memanggil kita sebagai sahabat-Nya. Artinya, Yesus memilih kita untuk memiliki relasi yang intim dengan-Nya.

Yesus memilih kita bukan hanya sebagai sahabat yang biasa, tetapi sahabat yang sekaligus partner bagi diri-Nya. Keterbukaan adalah salah satu ciri seorang partner. Yesus telah menunjukkan secara terbuka kepada kita apa yang telah Dia lakukan, apa yang telah Dia ajarkan, dan apa yang akan kita capai nanti di kehidupan kekal. Ia memilih kita sebagai partner untuk terlibat bersama Dia dalam tugasnya membawa dunia menuju Allah.

Dipilih untuk menjadi duta

Duta adalah orang yang diutus dan diberi wewenang penuh untuk melakukan sesuatu atas nama pihak yang mengutus. Tuhan memilih kita menjadi duta-Nya. Ia memberi wewenang penuh kepada kita untuk menghasilkan buah yang berlimpah. Buah-buah yang kita hasilkan adalah buah-buah yang telah dilakukan dan diajarkan oleh Tuhan sendiri, yakni buah kasih. “Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihanilah seorang akan yang lain.”