Kesetiaan Sebagai Kebijaksanaan

Jumat, 31 Agustus 2018 – Hari Biasa Pekan XXI

200

Matius 25:1-13

“Pada waktu itu hal Kerajaan Surga seumpama sepuluh gadis, yang mengambil pelitanya dan pergi menyongsong mempelai laki-laki. Lima di antaranya bodoh dan lima bijaksana. Gadis-gadis yang bodoh itu membawa pelitanya, tetapi tidak membawa minyak, sedangkan gadis-gadis yang bijaksana itu membawa pelitanya dan juga minyak dalam buli-buli mereka. Tetapi karena mempelai itu lama tidak datang-datang juga, mengantuklah mereka semua lalu tertidur. Waktu tengah malam terdengarlah suara orang berseru: Mempelai datang! Songsonglah dia! Gadis-gadis itu pun bangun semuanya lalu membereskan pelita mereka. Gadis-gadis yang bodoh berkata kepada gadis-gadis yang bijaksana: Berikanlah kami sedikit dari minyakmu itu, sebab pelita kami hampir padam. Tetapi jawab gadis-gadis yang bijaksana itu: Tidak, nanti tidak cukup untuk kami dan untuk kamu. Lebih baik kamu pergi kepada penjual minyak dan beli di situ. Akan tetapi, waktu mereka sedang pergi untuk membelinya, datanglah mempelai itu dan mereka yang telah siap sedia masuk bersama-sama dengan dia ke ruang perjamuan kawin, lalu pintu ditutup. Kemudian datang juga gadis-gadis yang lain itu dan berkata: Tuan, tuan, bukakanlah kami pintu! Tetapi ia menjawab: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya aku tidak mengenal kamu. Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya.”

***

Masih kepada jemaat di Korintus, dalam bacaan pertama hari ini (1Kor. 1:17-25), Paulus berbicara tentang keunikan dan kekhasan berita tentang Allah yang diwartakan olehnya. Keunikan dan kekhasan itu terlihat dalam fakta bahwa berita Injil adalah sesuatu yang tidak bisa dipertanggungjawabkan secara masuk akal, tidak seperti ilmu pengetahun ataupun hikmat kebijaksanaan. Satu-satunya andalan dan jaminannya hanyalah Kristus yang tersalib. Demikianlah faktanya. Inilah yang membuat iman akan Yesus Kristus adalah sesuatu yang aneh, unik, tidak biasa, dan tidak bisa dijelaskan. Namun, kalau dihidupi dan dialami dengan sungguh-sungguh, niscaya iman itu akan mendatangkan kebahagiaan untuk kita semua.

Kekhasan berita Injil secara simbolis juga digambarkan dalam perumpamaan tentang gadis-gadis bijaksana dan gadis-gadis bodoh. Dua kelompok gadis ini dipakai oleh Yesus untuk berbicara tentang kebijaksanaan yang paling penting, yang harus dicari orang dalam hidupnya. Hal yang paling perlu dan paling penting harus siap setiap saat. Karena itu, orang harus selalu bersiap, berjaga, setia, sabar, dan teguh hati untuk bertahan hingga akhir.

Kita tidak pernah bisa bahagia, mendapat rahmat yang berlimpah, serta merasakan damai sejahtera jika mudah takluk dalam godaan, tidak sabar, dan mudah menyerah sebagaimana ditunjukkan oleh gadis-gadis bodoh tersebut di atas. Dengan demikian, kisah tentang gadis-gadis yang bijaksana dan tidak bijaksana ini mengingatkan kita untuk belajar setia kepada hal-hal yang baik dan luhur, yang mestinya kita kejar dengan komitmen yang tinggi.