Bukan Aku, Ya Tuhan?

Rabu, 17 April 2019 – Hari Rabu dalam Pekan Suci

565

Matius 26:14-25

Kemudian pergilah seorang dari kedua belas murid itu, yang bernama Yudas Iskariot, kepada imam-imam kepala. Ia berkata: “Apa yang hendak kamu berikan kepadaku, supaya aku menyerahkan Dia kepada kamu?” Mereka membayar tiga puluh uang perak kepadanya. Dan mulai saat itu ia mencari kesempatan yang baik untuk menyerahkan Yesus.

Pada hari pertama dari hari raya Roti Tidak Beragi datanglah murid-murid Yesus kepada-Nya dan berkata: “Di mana Engkau kehendaki kami mempersiapkan perjamuan Paskah bagi-Mu?” Jawab Yesus: “Pergilah ke kota kepada si Anu dan katakan kepadanya: Pesan Guru: waktu-Ku hampir tiba; di dalam rumahmulah Aku mau merayakan Paskah bersama-sama dengan murid-murid-Ku.” Lalu murid-murid-Nya melakukan seperti yang ditugaskan Yesus kepada mereka dan mempersiapkan Paskah.

Setelah hari malam, Yesus duduk makan bersama-sama dengan kedua belas murid itu. Dan ketika mereka sedang makan, Ia berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku.” Dan dengan hati yang sangat sedih berkatalah mereka seorang demi seorang kepada-Nya: “Bukan aku, ya Tuhan?” Ia menjawab: “Dia yang bersama-sama dengan Aku mencelupkan tangannya ke dalam pinggan ini, dialah yang akan menyerahkan Aku. Anak Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia, akan tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan.” Yudas, yang hendak menyerahkan Dia itu menjawab, katanya: “Bukan aku, ya Rabi?” Kata Yesus kepadanya: “Engkau telah mengatakannya.”

***

Kisah pengkhianatan Yudas yang mulai diceritakan dalam Injil Yohanes kemarin, kini dilengkapi dengan versi Injil Matius. Matius menceritakan kesepakatan yang telah terjadi antara Yudas dan para imam kepala yang memang sudah sedemikian lama mencari-cari kesalahan Yesus dan berusaha untuk melenyapkan-Nya.

Mereka sepakat untuk menukar Yesus dengan tiga puluh uang perak. Jumlah yang cukup besar ini dalam masyarakat Timur Tengah kuno setara dengan harga yang harus dibayar oleh seseorang bila ia mau membeli seorang budak. Jadi, yang menyedihkan di sini adalah betapa Yesus betul-betul dipandang tidak berharga oleh Yudas maupun oleh musuh-musuh-Nya. Harga-Nya setara dengan harga seorang budak.

Melengkapi Injil Yohanes kemarin, Injil Matius menceritakan kisah yang lebih dramatis pada saat Yesus mengadakan perjamuan malam terakhir bersama para murid-Nya. Kalau dalam Injil Yohanes, para murid hanya saling bertanya tentang identitas si pengkhianat, dalam Injil Matius, mereka digambarkan saling berkata, “Bukan aku, ya Tuhan?” Dalam Injil Matius pula akhirnya kita bisa mendengar suara Yudas, di mana dia juga berkata, “Bukan aku, ya Rabi?”

Perhatikan baik-baik, murid-murid yang lain memanggil Yesus dengan sebutan “Tuhan,” tetapi Yudas tidak. Yudas memanggil Yesus dengan sebutan “Rabi,” yang artinya guru. Dari sini bisa kita kaji lebih jauh bahwa Yudas ternyata belum sampai pada pengenalan yang cukup tentang pribadi Yesus. Pengenalan yang kurang inilah yang membuat dia mencari jalan keluar sendiri terhadap pergulatan dan pemikirannya. Yudas mengharapkan Yesus sebagai Mesias politik yang mampu melawan penjajah Romawi. Dengan agenda itulah ia menjual Yesus supaya Yesus tampil ke permukaan. Akan tetapi, pikirannya itu ternyata berbeda jauh dengan apa yang dikehendaki Yesus, sang Guru.